Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kleting Titis Wigati di Dunia Fashion Sejak 2009, dari JFW hingga Covid-19

Kompas.com, 23 Oktober 2025, 10:34 WIB
Devi Pattricia,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Untuk Kleting Titis Wigati, bertahan selama lebih dari 10 tahun di dunia fesyen Indonesia bukanlah hal mudah.

Baginya dunia fesyen tak hanya soal busana, tapi juga perjuangan serta perjuangan seorang desainer menjaga idealisme dan eksistensi karyanya. 

Baca juga:

Perjalanan Kleting Titis Wigati di dunia fashion Indonesia

Berawal dari Jakarta Fashion Week 2009

Founder label KLÉ ini menuturkan, perjalanannya di industri fesyen Tanah Air tidaklah mudah. Ia memulai usahanya dari nol hingga berkesempatan untuk memamerkan karyanya di Jakarta Fashion Week (JFW) pada tahun 2009 lalu.

“Dari awal aku berkarir dan buat brand KLE di tahun 2009 sampai sekarang itu bisa dibilang berdarah-darah, tapi ada semangat dan passion yang membara juga,” jelas Kleting dalam acara POND’S Age Miracle & JFW Hadirkan “The Revival of Miracles” di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Senin (20/10/2025).

Desainer 44 tahun itu bercerita, pada masa awal membangun labelnya, ia banyak menghadapi keterbatasan dan tantangan, baik dari sisi bisnis maupun kreativitas.

Namun, semangat untuk terus berkarya menjadi bahan bakar utama yang membuatnya tetap teguh di jalannya.

Ia mengenang periode antara 2009 hingga 2019 sebagai masa kejayaan KLÉ. Labelnya banyak tampil di berbagai ajang mode nasional, dikenal berkat karakter desain yang kuat dan identitas yang konsisten.

Rasa bosan dan tantangan untuk tidak stuck

Hadapi rasa bosan dengan cari inspirasi dari luar fashion

Salah satu busana dari brand KLE karya Kleting Titis Wigati.Dok. Instagram @kle_thelabel Salah satu busana dari brand KLE karya Kleting Titis Wigati.

Meski tengah berada di puncak karier, Kleting mengaku sempat dilanda rasa bosan.

“Di masa berjayanya kami di tahun 2009 sampai 2019 itu ada rasa bosan, terkadang saya juga harus menantang diri sendiri supaya tidak stuck di situ saja,” tuturnya.

Tak memberhentikan lini fesyennya, Kleting justri menghadapi rasa bosan tersebut dengan menantang dirinya. Ia kemudian mencari sumber inspirasi baru di luar dunia mode.

“Akhirnya saya berusaha untuk terus cari inspirasi baru yang bukan cuma dari buku fashion, tapi juga dari isu politik atau apa pun yang sedang tren,” katanya.

Bagi Kleting, menjaga konsistensi dan kreativitas adalah kunci yang mempertahankan karirnya sejauh ini.

“Konsistensi untuk berkarya itu hal yang harus benar-benar dijaga selain dari kreativitas, tren, dan keseruannya. Bagaimana melihat peluang baru dan memperjuangkannya,” tambah dia.

Baca juga:

Menghadapi kerugian dan krisis saat Covid-19

Salah satu busana dari brand KLE karya Kleting Titis Wigati.Dok. Instagram @kle_thelabel Salah satu busana dari brand KLE karya Kleting Titis Wigati.

Tak ada perjalanan mulus tanpa jatuh bangun. Kleting tak menutupi bahwa dirinya juga pernah mengalami masa-masa sulit secara finansial.

“Tentu aku harus mikir bagaimana brand ini harus tetap eksis, lalu bagaimana menjaga keuangannya karena rugi pasti pernah dialami. Bohong rasanya kalau aku bilang enggak pernah rugi,” ungkap Kleting.

Momen terberat datang ketika pandemi Covid-19 melanda pada tahun2020. Saat itu, KLÉ baru saja menjajal momentum bagus dengan berbagai pop-up store yang ramai pengunjung.

“Padahal pada saat itu sedang banyak pop up yang kami gelar dan lagi bagus sekali penjualannya,” ucapnya.

Namun, lockdown membuat Kleting dan tim harus berhenti sejenak, serta memikirkan strategi ke depannya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau