Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lapangan Kerja Minim Bikin Anak Indonesia Berisiko Fatherless, Benarkah?

Kompas.com, 27 Oktober 2025, 16:35 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Fenomena fatherless tak hanya pengaruhi rumah tangga, tapi bisa meluas hingga lapangan kerja. Hal ini berdasarkan temuan tim Harian Kompas saat mengulik fenomena fatherless di Indonesia.

“Mau tidak mau (salah satu penyebab fenomena fatherless) adalah minimnya penyediaan lapangan pekerjaan di suatu provinsi,” tutur wartawan Harian Kompas dari desk Investigasi & Jurnalisme Data, Albertus Krisna dalam acara “After Hours Club: Redefining Father Figure” di Gramedia Jalma, Jakarta Selatan, Kamis (23/10/2025).

Adapun fatherless adalah ketidakhadiran sosok ayah dalam kehidupan anak, baik secara fisik maupun emosional.

Baca juga:

Fenomena fatherless dan lapangan kerja

Minimnya lapangan kerja bikin ayah harus merantau

Fenomena fatherless di Indonesia tak lepas dari masalah ekonomi dan pekerjaan. Simak hasil risetnya berikut ini.Pexels/Anamul Rezwan Fenomena fatherless di Indonesia tak lepas dari masalah ekonomi dan pekerjaan. Simak hasil risetnya berikut ini.

Tim Harian Kompas mewawancarai 16 psikolog klinis yang sehari-hari bersentuhan langsung dengan masalah keluarga dan anak.

Mereka juga mencocokkan temuan dari para psikolog dengan beberapa variabel, termasuk soal lapangan kerja di 38 provinsi di Indonesia.

Berdasarkan pencocokkan tersebut, ditemukan bahwa provinsi dengan penyediaan lapangan kerja yang minim, memiliki potensi anak menjadi korban fatherless yang lebih tinggi.

“Kami dapat data dari BPS (Badan Pusat Statistik) juga, yang kami coba kombinasi antara jumlah lowongan kerja yang tersedia dan juga jumlah pencari kerja, khususnya pekerja laki-laki,” tutur Krisna.

“Semakin banyak (pekerja laki-laki) yang tidak tertampung di suatu provinsi, itu potensi anak fatherless-nya juga semakin tinggi,” sambung dia.

Minimnya lapangan kerja di suatu provinsi menyebabkan banyak pekerja laki-laki merantau, baik ke provinsi lain maupun ke luar negeri sebagai pekerja migran Indonesia (PMI).

Baca juga:

Fenomena fatherless dan persentase penduduk miskin

Fenomena fatherless di Indonesia tak lepas dari masalah ekonomi dan pekerjaan. Simak hasil risetnya berikut ini.Freepik Fenomena fatherless di Indonesia tak lepas dari masalah ekonomi dan pekerjaan. Simak hasil risetnya berikut ini.

Lapangan kerja dan pekerja laki-laki juga berkaitan dengan persentase penduduk miskin suatu provinsi.

Krisna mengatakan, provinsi dengan persentase yang kecil untuk penduduk miskin, justru memiliki persentase yang tinggi untuk anak dengan potensi menjadi korban fenomena fatherless.

“Dalam artian, untuk mengejar agar tidak miskin, keluarga di provinsi tersebut, seorang ayah harus bekerja lebih keras. Konsekuensinya, waktu bersama anak dan keluarga menjadi berkurang,” jelas Krisna.

Sementara itu, untuk pekerja laki-laki yang tidak bisa mencari pekerjaan di luar provinsi, mereka terpaksa masuk ke dalam dunia kerja informal, yang mana jam kerjanya sering kali tidak menentu.

“Bisa jadi dia memikirkan usahanya siang dan malam, fokus agar bisa mendapatkan penghasilan untuk keluarganya, dan itu otomatis juga berpengaruh terhadap waktu kualitas yang baik untuk anaknya,” pungkas Krisna.

Berdasarkan olahan Tim Jurnalisme Data Harian Kompas menggunakan data Mikro Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik Maret 2024, sebanyak 20,1 persen atau 15,9 juta anak Indonesia berpotensi tumbuh fatherless.

Dari 15,9 juta itu, sebanyak 4,4 juta anak tinggal di keluarga tanpa ayah. Sisanya alias 11,5 juta anak, mereka tinggal bersama ayah dengan jam kerja lebih dari 60 jam per minggu, atau lebih dari 12 jam per hari, lima hari kerja.

Dengan kata lain, ayah lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah daripada bertemu dengan anak di rumah.

Baca juga:

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau