Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cinta Laura Cerita Awal Peduli Lingkungan dan Kemanusiaan, Didikan Ibu Jadi Kunci

Kompas.com, 14 November 2025, 12:35 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Cinta Laura Kiehl dikenal kerap menyuarakan isu lingkungan dan kemanusiaan, serta kesejahteraan anak-anak dan perempuan.

Banyak yang mengira, semangatnya tersebut berasal dari pendidikan tinggi yang dilalui ketika Cinta berkuliah di Columbia University di New York, Amerika Serikat.

Baca juga:

“Aku percaya bahwa higher education (pendidikan yang lebih tinggi), terutama S1 dan S2, it teaches you how to think (mengajarkanmu bagaimana berpikir),” kata Cinta di acara Langkah Membumi oleh Blibli di Jakarta Selatan, Minggu (9/11/2025).

“Tapi kalau boleh jujur, aku rasa yang membuat aku sadar sehingga tergerak untuk melakukan sesuatu bukan karena cara berpikir yang diajarkan saat aku memasuki institusi pendidikan formal, tapi karena cara didikan orangtuaku, terutama ibu aku,” lanjut dia.

Baca juga:

Cinta Laura peduli isu lingkungan hasil didikan orangtua

Diajarkan untuk berempati sejak kecil

Cinta Laura mengungkapkan, nilai empati dan welas asih dari ibunya lebih membentuk dirinya saat ini, daripada pendidikan formal.Akun Instagram @claurakiehl Cinta Laura mengungkapkan, nilai empati dan welas asih dari ibunya lebih membentuk dirinya saat ini, daripada pendidikan formal.

Pola didik berperan penting dalam membangun rasa empati dan bersyukur, yang membuat Cinta tumbuh seperti saat ini.

Meskipun berasal di keluarga yang berkecukupan, sang ibunda selalu mengajarkan Cinta untuk memposisikan dirinya sebagai orang lain yang kurang beruntung ketika bertemu dengan mereka.

“Dalam arti, aku diajarkan empati dan compassion (welas asih),” ucap dia.

Pemeran film Oh Baby ini menceritakan, ketika berusia sekitar empat tahun, ia sekeluarga sedang berkunjung ke Indonesia.

Saat berada di dalam mobil, ia melihat anak kecil yang sedang mengemis sambil menempelkan tangan ke kaca mobilnya.

“Mama aku ngomong, ‘Cinta bayangin kalau Cinta enggak bisa main, enggak bisa sekolah, dan sehari-hari harus mengemis di jalanan, panas, bahkan kadang-kadang enggak punya alas kaki, enggak bisa hidup laiknya anak-anak’. Hal tersebut sudah membuat aku syok,” ungkap Cinta.

Baca juga:

Banyak pertimbangan saat belanja dan bertindak

Empati yang terus dipupuk sejak kecil membuat perempuan 32 tahun ini tumbuh menjadi sosok yang mempertimbangkan banyak hal dan berhati-hati dalam bertindak.

Ketika belanja, misalnya, Cinta akan membandingkannya dengan sesuatu untuk membuatnya berpikir apakah ia belanja karena apa yang akan dibeli memang dibutuhkan, atau sekadar untuk memuaskan keinginannya.

Let’s say kita ke sebuah toko komersil, beli satu buah pakaian saja mungkin Rp 700.000. Kita beli dua sudah Rp 1,5 juta, beli tiga sudah di atas Rp 2 juta. Di beberapa provinsi di Indonesia, UMR (Upah Minimum Regional) itu Rp 2 juta,” tutur Cinta.

“Sekali belanja, kita sudah menghabiskan UMR atau gaji seseorang dalam sebulan. Empatikulah yang membuat aku selalu berpikir dua kali sebelum bertindak, dan juga memikirkan orang lain,” sambung dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca tentang


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau