Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Women Leadership ala Sherly Tjoanda, Tegas dalam Kelembutan

Kompas.com, 21 November 2025, 13:05 WIB
Aliyah Shifa Rifai,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda memiliki pendekatan tersendiri dalam memimpin. Ia percaya bahwa perempuan tidak harus mengubah dirinya atau meniru gaya kepemimpinan siapa pun.

Bagi Sherly, menjaga empati, kelembutan, dan cara perempuan memandang masalah justru menjadi kekuatan utama.

“Kunci menjadi pemimpin perempuan, tetap mempertahankan kewanitaannya,” ujar Sherly kepada Kompas.com saat ditemui di Menara Kompas, Jakarta Pusat, Kamis (20/11/2025).

Baca juga: Benarkah Pemimpin Perempuan Lebih Unggul Hadapi Krisis?

Selain itu, ia menambahkan bahwa perempuan tidak perlu merasa sedang bersaing dengan pemimpin laki-laki atau berusaha menyerupai mereka.

“Karena kita di posisi bukan untuk bersaing dengan pemimpin laki-laki. Kita memimpin dengan cara kita, dengan empati, dengan kasih, dengan mendengar," ungkap Sherly.

Memimpin dengan empati dan fokus pada masalah

Sherly menjelaskan bahwa fokus utama seorang pemimpin adalah menyelesaikan masalah, dan empati membantu dirinya bisa melihat persoalan secara lebih utuh.

“Fokus kepada menyelesaikan masalah,” katanya.

Baginya, kemampuan untuk mendengar dan memahami justru membuat proses penyelesaian masalah berjalan lebih efektif.

Ia sekaligus menegaskan, bahwa menjadi pemimpin perempuan bukan berarti harus mengadopsi gaya keras ala pria.

“Kita tidak harus berubah atau menjadi keras seperti laki-laki. Kita bisa memimpin dengan tegas dalam kelembutan," tuturnya.

Mendengar jadi kunci untuk selesaikan masalah

Sebagai gubernur, Sherly memandang salah satu tugas utamanya adalah untuk mencari solusi bagi rakyat. Ia meyakini bahwa pemetaan masalah yang tepat hanya bisa dilakukan jika ia mendengarkan langsung keluhan dan kebutuhan masyarakat.

“Kalau dalam kepemimpinan itu kan ada tugas saya di sini dalam hal sebagai gubernur kan menyelesaikan masalahnya rakyat,” ujarnya.

Menurut Sherly, proses itu tidak bisa dilewati tanpa pendekatan mendengar.

“Masalah itu bisa diselesaikan jika saya bisa memetakannya dengan baik, dengan cara mendengarkan mereka, berdiskusi, mencarikan solusi," terang Sherly.

Baca juga: Ini Rahasia Umur Panjang Perempuan Tertua di Dunia 117 Tahun

Dalam perjalanannya sebagai pemimpin daerah, Sherly menyadari bahwa ia tidak selalu berhadapan dengan pihak yang sepenuhnya sejalan.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau