Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Tanda Punya Kakak atau Adik yang Toksik, Menurut Terapis

Kompas.com, 1 Desember 2025, 16:00 WIB
Devi Pattricia,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Best Life

Misalnya, kakak yang menuntut bantuan tetapi menggunakan nada menyalahkan, atau adik yang memutarbalikkan fakta agar kamu tampak salah.

Baca juga: Peran Penting Ayah dalam Keluarga agar Anak Tidak Tumbuh Fatherless

4. Merasa tidak bebas berekspresi

Jika kamu selalu berhati-hati dalam berbicara atau bertindak karena takut memicu kemarahan mereka, itu tanda hubungan sudah tidak sehat.

Goldberg menyebut kondisi ini sebagai red flag besar. Ketika kamu tidak bisa menjadi diri sendiri, hubungan tersebut lebih banyak membawa tekanan daripada kenyamanan.

“Kamu tak bisa memiliki hubungan sehat dengan saudara yang tidak bisa kamu ajak bicara dengan jujur tanpa takut pada reaksi emosionalnya,” katanya.

5. Mereka berulang kali melanggar batasan pribadi

Hubungan adik dan kakak juga harus memiliki batasan pribadi yang jelas. Kedua belah pihak pun harus menghargai batasan tersebut.

Contohnya ketika kamu menetapkan batasan sederhana seperti tidak boleh menghubungi lewat tengah malam kecuali darurat, namun mereka mengabaikannya. 

Baca juga: Hari Sahabat Sedunia 2025, Ini 7 Kunci Persahabatan Langgeng Seumur Hidup

Selain itu, ketika mereka datang ke rumah tanpa izin, meminjam barang tanpa bertanya, hingga ikut campur dalam urusan pribadi.

“Melanggar batasan itu toksik karena memberi pesan bahwa kamu tidak penting,” ucap Goldberg.

Jika mereka tak menghargai privasimu, kamu akan sulit merasa aman dan dipercaya di lingkungan keluarga.

6. Mereka tidak pernah menunjukkan empati

Empati adalah fondasi hubungan apa pun, termasuk antara saudara. Sayangnya, saudara kandung yang toksik justru sering mengabaikan atau meremehkan perasaan kamu.

“Saudara kandung yang toksik mungkin tidak mampu mengakui atau memvalidasi perasaanmu,” terang Rosado.

Baca juga: Soimah Akui Ospek Pacar Anaknya, Perlukah Calon Mertua Tunjukkan Sisi Terburuk?

Mereka bisa saja mengabaikan cerita kamu soal masalah pekerjaan, meremehkan kesedihanmu, atau tidak peduli ketika kamu membutuhkan dukungan.

Goldberg menambahkan, kurangnya empati ini kadang berkaitan dengan sifat narsistik, yaitu ketika seseorang merasa kebutuhan mereka selalu harus diutamakan.

Jika kamu mulai mengenali tanda-tanda ini, penting untuk menetapkan batasan yang jelas demi menjaga kesehatan mental kamu. 

Dukungan bisa datang dari komunikasi terbuka, memberi jarak yang sehat, hingga bekerja sama dengan terapis keluarga.

Baca juga: Punya Mertua Menyebalkan? Ini 3 Alasan Tak Perlu Konfrontasi Langsung

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau