Misalnya, kakak yang menuntut bantuan tetapi menggunakan nada menyalahkan, atau adik yang memutarbalikkan fakta agar kamu tampak salah.
Baca juga: Peran Penting Ayah dalam Keluarga agar Anak Tidak Tumbuh Fatherless
Jika kamu selalu berhati-hati dalam berbicara atau bertindak karena takut memicu kemarahan mereka, itu tanda hubungan sudah tidak sehat.
Goldberg menyebut kondisi ini sebagai red flag besar. Ketika kamu tidak bisa menjadi diri sendiri, hubungan tersebut lebih banyak membawa tekanan daripada kenyamanan.
“Kamu tak bisa memiliki hubungan sehat dengan saudara yang tidak bisa kamu ajak bicara dengan jujur tanpa takut pada reaksi emosionalnya,” katanya.
Hubungan adik dan kakak juga harus memiliki batasan pribadi yang jelas. Kedua belah pihak pun harus menghargai batasan tersebut.
Contohnya ketika kamu menetapkan batasan sederhana seperti tidak boleh menghubungi lewat tengah malam kecuali darurat, namun mereka mengabaikannya.
Baca juga: Hari Sahabat Sedunia 2025, Ini 7 Kunci Persahabatan Langgeng Seumur Hidup
Selain itu, ketika mereka datang ke rumah tanpa izin, meminjam barang tanpa bertanya, hingga ikut campur dalam urusan pribadi.
“Melanggar batasan itu toksik karena memberi pesan bahwa kamu tidak penting,” ucap Goldberg.
Jika mereka tak menghargai privasimu, kamu akan sulit merasa aman dan dipercaya di lingkungan keluarga.
Empati adalah fondasi hubungan apa pun, termasuk antara saudara. Sayangnya, saudara kandung yang toksik justru sering mengabaikan atau meremehkan perasaan kamu.
“Saudara kandung yang toksik mungkin tidak mampu mengakui atau memvalidasi perasaanmu,” terang Rosado.
Baca juga: Soimah Akui Ospek Pacar Anaknya, Perlukah Calon Mertua Tunjukkan Sisi Terburuk?
Mereka bisa saja mengabaikan cerita kamu soal masalah pekerjaan, meremehkan kesedihanmu, atau tidak peduli ketika kamu membutuhkan dukungan.
Goldberg menambahkan, kurangnya empati ini kadang berkaitan dengan sifat narsistik, yaitu ketika seseorang merasa kebutuhan mereka selalu harus diutamakan.
Jika kamu mulai mengenali tanda-tanda ini, penting untuk menetapkan batasan yang jelas demi menjaga kesehatan mental kamu.
Dukungan bisa datang dari komunikasi terbuka, memberi jarak yang sehat, hingga bekerja sama dengan terapis keluarga.
Baca juga: Punya Mertua Menyebalkan? Ini 3 Alasan Tak Perlu Konfrontasi Langsung
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang