Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Kebiasaan Toxic yang Bisa Menurunkan Kualitas Hidup, Termasuk Scrolling Media Sosial

Kompas.com, 1 Desember 2025, 19:03 WIB
Devi Pattricia,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak orang berusaha menjalani hidup yang lebih seimbang, tapi sering kali tidak menyadari bahwa beberapa kebiasaan sehari-hari justru dapat merusak kesehatan fisik maupun mental. 

Kebiasaan yang tampak sederhana dapat berdampak pada stres, kualitas tidur, kesejahteraan emosional, hingga produktivitas jika dibiarkan terus berulang.

Kebiasaan toxic yang bisa menurunkan kualitas hidup

Para ahli mengidentifikasi sejumlah kebiasaan toxic yang sebaiknya diperhatikan dan mulai dikurangi, agar kualitas hidup tetap terjaga. Berikut penjelasan lengkapnya.

Baca juga: 6 Cara Menghindari Toxic Positivity agar Emosi Tetap Sehat dan Tidak Tertekan

1. Scroll media sosial sebelum tidur

Kebiasaan membuka media sosial sebelum tidur sering dianggap sebagai cara melepas penat. Namun, efeknya justru sebaliknya.

Menurut psikiater Dr. Zishan Khan, kebiasaan scrolling media sosial justru membuat kamu sulit tidur dengan nyenyak.

“Scrolling tanpa henti sering kali menstimulasi pikiran secara berlebihan, sehingga lebih sulit untuk beristirahat,” ujarnya, seperti dikutip dari Real Simple, Senin (1/12/2025). 

Ia merekomendasikan rutinitas yang menghentikan penggunaan layar 30–60 menit sebelum tidur sambil melakukan aktivitas menenangkan seperti membaca, menulis jurnal, atau meditasi.

Khan juga menyarankan menjadikan kamar tidur sebagai zona bebas ponsel dan menggunakan jam alarm tradisional untuk meminimalkan godaan membuka layar.

2. Mengabaikan aktivitas fisik

Kesibukan sehari-hari membuat olahraga mudah terabaikan. Namun, pola hidup sedentari bisa jadi kebiasaan toxic yang berdampak besar pada kesehatan.

“Kebiasaan sedentari berkontribusi terhadap stres, suasana hati yang buruk, dan masalah kesehatan fisik,” kata Khan.

Ia menegaskan, aktivitas fisik tidak harus intens untuk memberikan manfaat. Jalan kaki singkat, short workout selama istirahat, atau yoga ringan sudah cukup membantu tubuh bergerak dan mengurangi ketegangan.

Baca juga: 6 Tanda Toxic Positivity yang Sering Tak Disadari, Salah Satunya Merasa Diabaikan

3. Selalu melewatkan waktu istirahat di tempat kerja

Bekerja tanpa henti dianggap produktif, padahal bisa jadi toxic, karena justru merugikan kesehatan mental.

Terapis berlisensi Kiana Shelton, LCSW mengingatkan untuk memanfaatkan waktu istirahat kerja dengan maksimal.

“Istirahat tidak harus didapatkan dengan usaha, dan tidak ada imbalan jika melewatkan istirahat,” tuturnya.

Ia mendorong pekerja untuk tetap mengambil jeda meski hanya lima menit. Aktivitas sederhana seperti stretching, minum air, atau berjalan keluar ruangan dapat membantu menyegarkan pikiran dan mencegah kelelahan jangka panjang.

4. Melakukan pembelian impulsif

Belanja spontan memang menyenangkan, tetapi kebiasaan toxic ini dapat menumpuk stres finansial dan mental.

“Pembelian impulsif dapat menyebabkan stres finansial dan kekacauan, yang keduanya berkontribusi pada beban mental,” ujar Khan.

Ia menyarankan metode aturan 24 jam, yaitu menunggu sehari sebelum memutuskan membeli barang yang tidak mendesak.

Selain itu, menghapus aplikasi belanja, berhenti mengikuti influencer pemicu FOMO, serta berhenti berlangganan email marketing dapat membantu mengurangi godaan.

5. Tidak menetapkan batasan

Suka berkata “iya” untuk segala hal bisa berubah menjadi kebiasaan toxic yang menguras energi.

“Terlalu sering berkomitmen atau mengatakan ‘ya’ dapat menyebabkan kelelahan, kebencian, dan hubungan yang tegang,” kata Khan.

Awal tahun bisa menjadi momentum mengevaluasi mana komitmen yang bermanfaat dan mana yang membebani.

Ia menyarankan untuk melatih komunikasi asertif dan memprioritaskan hal-hal yang relevan dengan nilai serta tujuan hidup.

Baca juga: Toxic Productivity, Meningkatkan Kinerja atau Merusak Kesehatan Mental?

6. Waktu layar berlebihan atau doomscrolling

Konsumsi layar yang berlebihan tidak hanya melelahkan pikiran, tetapi juga mempengaruhi kesehatan fisik.

“Paparan layar yang terlalu lama tidak hanya menyebabkan ketegangan mata dan kelelahan mental, tetapi juga membuat kita terputus dari momen saat ini,” jelas Khan.

Untuk menguranginya, ia merekomendasikan aturan 20-20-20. Setiap 20 menit, alihkan pandangan selama 20 detik ke objek sejauh 6 meter.

Selain itu, membuat menu dopamin atau daftar aktivitas menyenangkan tanpa layar, dapat membantu mengurangi kebiasaan doomscrolling.

7. Mengabaikan perawatan diri

Banyak orang mengira self-care memerlukan waktu lama atau biaya besar. Padahal, perawatannya dapat sangat sederhana.

“Ketika kita mengabaikan perawatan diri, kita tanpa sengaja membuat orang lain merampas kebahagiaan kita,” ucap Shelton.

Ia menyarankan meluangkan lima menit sehari untuk mindfulness, journaling, atau merenungkan momen positif.

Self-care juga bisa berarti memasak makanan favorit, memilih aktivitas fisik yang disukai, atau menyusun ulang rutinitas agar lebih ramah untuk diri sendiri.

Mengubah kebiasaan tidak terjadi dalam semalam. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menghilangkan kebiasaan bisa memakan waktu 30 hingga 60 hari. 

Oleh karena itu, penting untuk menerapkan perubahan secara bertahap dan penuh belas kasih pada diri sendiri.

Dengan mengenali tujuh kebiasaan toxic ini dan menggantinya dengan rutinitas yang lebih sehat, kamu bisa meningkatkan kualitas hidup secara signifikan di tahun mendatang.

Baca juga: Toxic Masculinity, Ketika Laki-laki Tak Boleh Menangis

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau