KOMPAS.com - Dalam era modern, banyak ibu mengalami mom guilt atau perasaan bersalah sebagai orangtua.
Fenomena ini tidak hanya menimbulkan rasa bersalah, tetapi juga dapat memicu kecemasan, kemarahan, hingga stres berat.
Meski wajar, mom guilt bisa memengaruhi kesejahteraan mental dan kualitas hubungan dengan anak jika tidak ditangani dengan tepat.
Baca juga: Depleted Mother Syndrome, Saat Ibu Terlihat Kuat tapi Sebenarnya Kelelahan
Mom guilt adalah “perasaan malu dan/atau frustrasi saat seseorang merasa dirinya bukan ibu yang baik atau cukup memadai,” kata Katie Raskin, LPC, HHC, CCH, psikoterapis dan konselor di Atlanta, seperti dikutip dari The Bump.
“Ibu menyerap banyak pesan tentang definisi ibu yang baik, dan mustahil memenuhi semuanya, terutama bila pesan-pesan itu saling bertentangan,” tambah Raskin.
Menurut Prianca Naik, MD, pembawa acara podcast Empowering Working Moms, mom guilt muncul karena pengaturan sistem saraf manusia yang berperan melindungi anak.
“Secara evolusi, ibu bertanggung jawab menjaga anak tetap hidup. Rasa ingin selalu berada di dekat anak itu tertanam di otak kita,” ujarnya.
Akibatnya, ketika kebutuhan diri sendiri diprioritaskan, muncul perasaan bersalah meski sebenarnya tidak perlu.
Mom guilt dapat dipicu oleh berbagai hal, mulai dari kembali bekerja setelah cuti melahirkan, kesulitan berbagi peran dengan pasangan, hingga kurang minat pada aktivitas anak tertentu.
Tekanan sosial, ekspektasi kesempurnaan, hingga pengaruh media sosial juga ikut memperparah rasa bersalah ini.
Bryana Kappadakunnel, terapis pernikahan dan keluarga, mengungkap, para Ibu sering merasa harus memikul seluruh beban emosional keluarga, termasuk tanggung jawab yang tidak seimbang, yang memunculkan mom guilt.
Baca juga: Potret Ocha sebagai Ibu Pekerja, Dilanda Rasa Bersalah Harus Andalkan Pengasuh
Meski mom guilt sulit dihindari sepenuhnya, ada beberapa strategi yang dapat membantu, seperti:
Mom guilt adalah pengalaman yang umum dialami ibu, terutama di tengah tekanan sosial dan ekspektasi kesempurnaan.
Dengan menyadari penyebabnya, menerima ketidaksempurnaan, dan menerapkan strategi yang sehat, ibu dapat menjaga kesejahteraan diri sekaligus meningkatkan kualitas hubungan dengan anak.
Baca juga: Cerita Kartika Menghadapi Rasa Bersalah sebagai Ibu dan Keputusannya Melepaskan Karier
Tidak ada ibu yang sempurna, dan itu bukanlah kesalahan, melainkan bagian dari perjalanan menjadi orangtua.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang