Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
“Ekspektasi itu akan berbahaya ketika sangat jauh dari realita atau sumber dayanya.”
Ia memberikan contoh situasi yang sering dialami banyak ibu, yakni ketika keinginan untuk menjadi ibu ideal tidak didukung oleh waktu, tenaga, maupun bantuan yang memadai.
“Misalnya aku punya ekspektasi, aku pengen jadi ibu yang standarnya segini, tapi ternyata resources yang dipunya enggak memadai, waktunya enggak ada misalnya,” jelas Farraas.
Baca juga: Cerita Desy Melihat Rosita sebagai Ibu Tunggal yang Tangguh dan Mau Belajar untuk Anak
Selain keterbatasan waktu dan energi, kurangnya dukungan juga menjadi faktor yang dapat memperparah kondisi psikologis ibu.
Farraas menekankan, ibu yang harus menjalani peran pengasuhan seorang diri lebih rentan mengalami stres berlebih.
Ia menambahkan, penting bagi ibu untuk menyadari bahwa perasaan bersalah tidak selalu berarti kegagalan dalam mengasuh anak.
Sebaliknya, kesadaran tersebut bisa menjadi pintu awal untuk memahami batas kemampuan diri dan mencari dukungan yang dibutuhkan.
Dengan memahami bahwa rasa bersalah adalah bagian dari kepedulian, ibu diharapkan dapat lebih berbelas kasih kepada diri sendiri.
Pengasuhan anak bukanlah perlombaan menuju kesempurnaan, melainkan proses panjang yang dipenuhi pembelajaran, penyesuaian, dan penerimaan terhadap keterbatasan.
Baca juga: Bukan Sekadar Membantu Ibu, Peran Ayah dalam Pengasuhan Pengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang