Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/05/2018, 19:24 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bulan Ramadhan akan segera tiba. Umat Muslim sudah mulai mempersiapkan diri menyambutnya. Termasuk menyiapkan stok pangan untuk sebulan penuh.

Salah satu hal yang identik dengan Bulan Ramadhan adalah semakin banyaknya penjaja makanan dan minuman jelang waktu berbuka.

Tidak sedikit yang akhirnya kalap dan membeli banyak makanan dan minuman untuk berbuka.

Namun, kita harus berhati-hati dengan salah satu penyakit yang identik dengan Bulan Ramadhan, yaitu maag.

Assistant Brand Manager Mylanta, Dinda Parameswari mengungkapkan, studi internal Mylanta menemukan bahwa 63 persen sakit maag timbul karena pola makan.

"Seperti makan tidak teratur, telat, makan sembarangan," kata Dinda dalam konferensi pers di Kota Kasablanka, Jakarta, Selasa (15/5/2015).

Baca juga: Kenali Beragam Ciri Penyakit Maag dan Cara Mengatasinya

Namun, data lainnya mengungkapkan bahwa maag juga muncul karena kebiasaan makan berlebihan.

Dinda menyebutkan, 2,5 juta orang berpotensi sakit maag karena menerapkan pola makan yang berlebihan. Apalagi perut sebelumnya dalam kondisi kosong.

Temuan itu sangat berkorelasi dengan pola makan di Bulan Ramadhan. Banyak orang yang berpuasa kemudian lapar mata dan memesan apa yang diinginkannya untuk berbuka.

Di samping berpotensi menimbulkan sakit maag, banyak makanan juga terbuang karena tidak dihabiskan.

Data Dinas Kebersihan DKI Jakarta pada 2016, mengungkap adanya peningkatan volume sampah sebesar 10 persen hanya pada 10 hari pertama Ramadhan. Sampah makanan didominasi oleh sampah organik seperti sisa makanan.

"Itu hanya 10 hari pertama. Saya juga sadari itu, karena setelah 13 jam berpuasa kayaknya semua ingin dipesan," ucapnya.

Assistant Brand Manager Mylanta Dinda Parameswari, Annisa Paramitha dari Waste4Change serta Direktur dan Peneliti bidang Ekonomi Agribisnis IPB Arief Daryanto, Ph.D (kedua dari kanan ke kiri) seusai peluncuran kamanye Makan Bijak oleh Mylanta di Kota Kasablanka, Jakarta, Selasa (15/5/2018).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Assistant Brand Manager Mylanta Dinda Parameswari, Annisa Paramitha dari Waste4Change serta Direktur dan Peneliti bidang Ekonomi Agribisnis IPB Arief Daryanto, Ph.D (kedua dari kanan ke kiri) seusai peluncuran kamanye Makan Bijak oleh Mylanta di Kota Kasablanka, Jakarta, Selasa (15/5/2018).

Mylanta pun memulai kampanye "Makan Bijak", yang mengajak semua orang untuk tidak makan berlebihan dan sesuai kebutuhan.

Dinda menyebutkan, langkah itu bisa dimulai dengan hal-hal kecil. Seperti menyisihkan makanan jika porsinya terlihat terlalu besar, kemudian membawanya pulang jika tidak habis.

Mylanta pun menyediakan booth hasil kerja sama dengan Eat & Eat dan memfasilitasi kotak makan bagi masyarakat yang ingin membungkus makanannya.

Bungkus makanan itu, kata Dinda, bisa difoto lalu dibagikan di media sosial untuk mengajak seluruh masyarakat melakukan gerakan serupa dan mengubah kebiasaan menyisakan makanan.

"Kenapa enggak mulai dari diri sendiri, yaitu makan tidak berlebihan. Akan memberikan kebaikan untuk perut dan lingkungan," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com