Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Jika Bayi di Pengungsian Diberi Susu Formula

Kompas.com, 15 Agustus 2018, 07:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Imbauan untuk tidak menyumbangkan susu formula bagi para bayi dan balita korban bencana Lombok di pengungsian disampaikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui twit.

Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pro Kontra Imbauan Tak Kirim Sufor untuk Anak Korban Bencana, Bagaimana Seharusnya?", https://lifestyle.kompas.com/read/2018/08/14/203433320/pro-kontra-imbauan-tak-kirim-sufor-untuk-anak-korban-bencana-bagaimana.
Penulis : Mela Arnani
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary

Menurut Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam twitnya, keterbatasan air bersih dan kesterilan botol susu di pengungsian menjadi dasarnya.

pertimbangan kondisi air bersih dan kesterilan botol susu di pengungsian.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pro Kontra Imbauan Tak Kirim Sufor untuk Anak Korban Bencana, Bagaimana Seharusnya?", https://lifestyle.kompas.com/read/2018/08/14/203433320/pro-kontra-imbauan-tak-kirim-sufor-untuk-anak-korban-bencana-bagaimana.
Penulis : Mela Arnani
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary

Ketua Satuan Tugas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia, dr. Elizabeth Yohmi Sp.A menjelaskan, fasilitas di daerah bencana amat terbatas. Mulai dari ketersediaan air bersih, kesulitan bahan bakar untuk memasak, hingga sulitnya mencuci tangan.

Tata cara pembuatan susu formula di pengungsian yang tidak higienis tersebut malah berpotensi membuat bayi mengalami diare.

"Ada keterbatasan fasilitas di daerah bencana. Bisa diyakinkan, enggak (higienitasnya)? Jadi jangan sampai tambah lagi penyakitnya," kata Yohmi ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (14/8/2018).

Orangtua korban bencana pun menurutnya jangan asal mengambil bantuan. Seringkali karena banyak bantuan yang datang, setiap keluarga langsung mengambilnya tanpa melihat jenis bantuan yang diberikan.

Untuk anak yang tidak menyusu dan membutuhkan susu formula, Yohmi menyarankan agar orangtua lebih memilih memberikan anaknya makanan biasa saja sesuai umurnya.

"Kalau sudah usia yang bisa makan, kenapa enggak pakai makanan keluarga saja? Apakah harus susu formula?" tanyanya.

"Kalau enggak biasa susu formula, biasa makan, dikasih susu formula pun bisa diare."

Namun, makanan yang diberikan juga harus sesuai dengan umur bayi dan anak. Terkadang, kata Yohmi, banyak bantuan berdatangan namun tidak disesuaikan dengan karakteristik korban. Salah satunya usia bayi dan anak.

Menurutnya, bantuan yang datang ke daerah bencana harus benar-benar disortir sehingga sesuai peruntukannya.

"Bayi enam bulan ke bawah dikasih sereal tentu enggak cocok," ujar dia.

Baca juga: Pro Kontra Imbauan Tak Kirim Sufor untuk Anak Korban Bencana, Bagaimana Seharusnya?

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau