Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Andreas Prasadja, RPSGT

Praktisi kesehatan tidur, konsultan utama Snoring & Sleep Disorder Clinic Pondok Indah, serta Snoring & Sleep Disorder Clinic RS Mitra Kemayoran, pendiri @IDTidurSehat , penulis buku Ayo Bangun! anggota American Academy of Sleep Medicine.

Kurang Tidur, Penyebab Gemuk yang Tak Disadari

Kompas.com, 5 September 2018, 15:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Seorang pria usia akhir 20-an datang ke ruang praktek karena penambahan berat badan yang tak terkontrol. Ia sudah mencoba mengatur pola makan dan berolah raga, namun alih-alih turun, berat badannya justru malah bertambah.

Kenapa ia datang ke klinik? Karena ia curiga masalah berat badannya ini berkaitan dengan kesehatan tidurnya.

Ia seorang pekerja shift dengan pola tidur tidak teratur. Dalam seminggu ia bekerja 4 hari, di malam hingga pagi hari. Praktis ia hanya tidur dua sampai tiga jam di malam hari, dan dua tiga jam lagi di siang hari.

Selama pemulihan tiga hari tak bekerja pun, ia menjadi sulit menjaga pola tidur. Diagnosis saya adalah: Circadian Rhythm Disorder Shift Worker Type.

Pengobatannya? Mengatur pola dan perilaku tidur.

Fakta Ilmiah

Tapi bagaimana gangguan tidur bisa menyebabkan penambahan berat badan? Bukankah seharusnya semakin pendek tidur seseorang justru berat badan semakin turun?

Hubungan antara kesehatan tidur dan berat badan mulai diketahui di awal tahun 2000-an. Penelitian tahun 2005 ke atas menunjukkan bukti positif hubungan gangguan tidur dan berat badan.

Belakangan ada dua penelitian terbaru yang turut menambahkan sederetan publikasi di bidang ini. Satu penelitian dilakukan di Korea, sementara lainnya di Swedia.

Baca juga: Sering Ngorok dan Mengantuk Saat Siang? Waspadai Sleep Apnea

Kelompok peneliti dari Korea melihat hubungan antara durasi tidur, kualitas tidur dan indeks massa tubuh (BMI) pada populasi Korea. Penelitian yang diterbitkan pada Journal of Clinical Sleep Medicine melihat data dari 107.718 orang, dan mengategorikan berdasarkan indeks massa tubuh. Hasilnya durasi tidur yang pendek secara langsung berkaitan dengan kegemukan.

Para ahli telah menyepakati kebutuhan tidur manusia adalah 7-8 jam sehari. Dari penelitian ini didapati bahwa semakin kurang durasi tidur (<7 jam), semakin tinggi kenaikan berat badan.

Sementara sekelompok peneliti di Swedia melihat bahwa kurang tidur akan mengganggu metabolisme hingga meningkatkan kemampuan tubuh untuk menyimpan lemak!

Publikasi pada jurnal Science Advances ini melihat 15 orang subyek yang dua kali diperiksa. Pertama saat tidur normal, dan kedua setelah tidak tidur semalaman. Sampel jaringan lemak, otot dan darah diperiksakan.

Setelah kurang tidur, jaringan lemak manusia menunjukkan perubahan aktivitas gen yang mendorong sel untuk menyimpan lemak dan menggandakan diri (proliferasi).

Sementara otot mengalami pengurangan struktur protein yang dibutuhkan untuk membangun dan mempertahankan massa otot.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau