Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali 5 Lingkungan Kerja "Toxic" yang Bisa Bikin Terjerumus Narkoba

Kompas.com, 21 Juli 2019, 08:00 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Komedian Nunung ditangkap pihak kepolisian akibat penyalahgunaan narkoba pada Jumat (19/07/2019). Kabar ini membuat banyak orang kaget sekaligus bertanya-tanya bagaimana seseorang bisa terjerumus dalam kasus narkoba.

Ya, banyak cara yang bisa menyebabkan seseorang mulai mengenal, mengonsumsi, hingga kecanduan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba).

Cara-cara itu bisa terjadi di luar kesadaran seseorang, bisa juga dengan kesadaran diri sendiri, misalnya terpengaruh lingkungan pekerjaan.

Lingkungan kerja menjadi salah satu faktor utama seseorang tergoda dan tergerak untuk mulai menggunakan zat-zat terlarang.

Baca juga: Dulu Beri Motivasi ke Tessy, Kini Nunung yang Terjerat Narkoba

Di sana seseorang akan intens bertemu dengan banyak orang dengan latar belakang keluarga, nilai, dan pendidikan yang berbeda-beda.

Jika seseorang tidak memiliki pendirian yang teguh maka dia akan dengan sangat mudah terbawa pada dunia gelap menjadi pengguna narkoba.

Melihat hal itu, filsuf, yang juga seorang dokter dan pakar gizi, Dr. dr Tan Shot Yen memberikan satu arahan bagi seseorang untuk dapat terhindar dari lingkungan kerja yang memiliki potensi buruk tersebut.

“Jadi kalau orang mulai mau kerja, get your feeling first. Rasain ‘aura’ sekitar dulu. Kalau berbau toxic, mending enggak usah kerja di situ atau area itu,” sebut Tan dari Pontianak melalui pesan singkat, Sabtu (20/7/2019) pagi.

Lalu  bagaimana cara mendeteksi baik buruknya aura sebuah lingkungan kerja? Tan menyebut terdapat 5 hal yang bisa menandakan sebuah lingkungan bisa disebut memiliki aura toxic yang cukup kuat.

1. Banyak perokok aktif

Pertama, aura toxic dapat dilihat dari lingkungan yang banyak terdapat perokok aktif.

Lingkungan kerja terdiri dari orang-orang yang tidak bisa lepas dari kebiasaan merokoknya. Baik di ruangan khusus merokok, maupun di ruang publik.

“Mulai dari lingkungan perokok. Sedikit-sedikit kudu ngudut (merokok),” kata Tan.

Rokok memang disebut banyak menjadi awal seseorang mulai mengenal zat-zat psikotropika.

2. Terdiri dari orang yang suka makan berlebih

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau