Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Langkah Menjaga Kesehatan Mental Selama Pandemi Virus Corona

Kompas.com - 21/03/2020, 10:45 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Stres dan kecemasan tentang penyebaran virus corona, ditambah dengan peningkatan jarak sosial atau social distancing dan rekomendasi isolasi, bukan tak mungkin memengaruhi kesehatan mental lebih dari yang kita sadari.

Beberapa negara telah mengeluarkan kebijakan untuk menjauhkan diri dari kegiatan sosial, menutup sementara sekolah dan bisnis, dan memindahkan aktivitas sekolah dan bekerja dari rumah.

“Kita adalah makhluk sosial. Kita suka terhubung dan bersentuhan, serta dekat dengan orang-orang, dan kami harus mengubah perilaku, yang dapat menciptakan perasaan terisolasi,” kata Patricia Thornton, PhD, seorang psikolog berlisensi di New York City.

Baca juga: Mengatasi Stres di Tengah Ancaman Virus Corona

Walaupun mungkin terasa seperti kehidupan telah berhenti, ada cara untuk memanfaatkan waktu ini dalam perspektif dan belajar bagaimana melanjutkannya.

“Berfokus pada kesiapsiagaan, tetap tenang, menyempatkan diri memeriksa kesejahteraan orang lain, serta melakukan perawatan diri akan membantu kita melalui momen yang menantang dalam sejarah ini," ujar Deborah Serani, PsyD, psikolog dan penulis Sometimes When I’m Sad.

"Ingatkan diri kita bahwa Covid-19 adalah penyakit serius tetapi sementara, dan kehidupan akan kembali normal pada waktunya," lanjutnya.

Baca juga: Cara Mengendalikan Kecemasan di Tengah Pandemi Corona

Berikut adalah beberapa tips untuk menjaga kesehatan mental selama wabah penyakit virus corona ini merebak.

1. Pahami kecemasan

Banyak orang dengan dan tanpa gangguan kecemasan merasa cemas.

Psikolog Patricia Thornton menggambarkan kecemasan sebagai kekhawatiran yang diantisipasi tentang sesuatu yang mungkin terjadi di masa depan.

Dia mengatakan, dunia kita merasakan "pukulan telak kecemasan" karena virus corona.

“Karena virus ini adalah virus yang tidak bisa kita lihat, dan tidak cukup banyak orang yang diuji, kita tidak tahu siapa penyebarnya. Hal ini juga membuat kita menjadi lebih waspada terhadap orang lain dan permukaan yang kita sentuh, dan tempat yang kita tuju,” ujarnya.

“Yang membuat kita lebih cemas karena ada bahaya nyata, ketidakpastian, dan kurangnya informasi tentang virus corona,” imbuhnya.

Menyaksikan orang lain merasa cemas juga akan meningkatkan kekhawatiran kita.

“Kecemasan itu menular. Jika kamu melihat seseorang di dekatmu panik dan berkata, ‘Dunia akan segera berakhir’, kamu akan mulai khawatir tentang hal tersebut," kata Thornton.

Baca juga: 4 Langkah Agar Tetap Berpikiran Positif di Tengah Pandemi Corona

Thornton mengumpamakan, jika suatu suku keluar di ladang dan satu anggota melihat seekor harimau di kejauhan dan mulai berlari, suku yang lain akan mengikuti.

"Kami mencari orang lain untuk mendapatkan petunjuk tentang bagaimana kami harus bersikap," kata Thornton.

"Walaupun virus corona adalah ancaman nyata, kita semua harus berada dalam sebuah keabu-abuan, merangkul ketidakpastian mengetahui bahwa kita tidak dapat melakukan segalanya dan bergerak di dalam batas-batas seperti apa,” ujarnya.

Bagi mereka yang hidup dengan kondisi kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, atau PTSD, psikolog Deborah Serani mengatakan, kamu mungkin sangat rentan selama pandemi ini.

Dia menyarankan, untuk mendapatkan resep untuk setiap bulannya dan memertimbangkan pengiriman ke rumah dari perusahaan asuransi atau apotek setempat.

Serani juga merekomendasikan untuk meminta terapis mengadakan sesi pengobatan jarak jauh atau melalui konferensi video.

”Dengan cara ini kamu bisa tetap aman dan terus mendapat pengobatan, sekaligus mengatasi segala kekhawatiran yang muncul dari Covid-19," kata Serani.

Jika kamu merasa sulit mengelola stres karena masalah pandemi ini, ia menyarankan untuk membuat rencana darurat dengan profesional kesehatan mental pribadimu.

Baca juga: Meghan dan Harry Mulai Perangi Penularan Virus Corona Pakai Instagram

Halaman Berikutnya
Halaman:
Sumber Healthline
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com