Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Akademisi

Platform publikasi karya akademik dari akademisi Universitas Atma Jaya Yogyakarta untuk khalayak luas demi Indonesia yang semakin maju.

Ghosting, Fenomena Putus Hubungan Anak Zaman Now

Kompas.com, 9 Maret 2021, 11:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Desideria Cempaka Wijaya Murti, SSos, MA, PhD

DALAM beberapa hari ini, media sosial ramai oleh kisah asmara dua anak muda yang kandas di tengah jalan.

Hubungan itu dikabarkan tengah tidak harmonis karena salah satu di antaranya meninggalkan pasangannya tanpa status yang jelas.

Bak drama sinetron, publik seakan dibawa dalam pusaran hubungan sepasang anak muda ini. Kubu netizen yang mahabenar dengan segala kenyinyirannya, juga terbelah dua untuk menambah besar hiruk-pikuk ini. Beragam tudingan pun muncul tentang penyebab putus cinta ini, entah benar, entah keliru.

Ghosting dan komunikasi di era digital

Saya tidak hendak membahas peristiwa itu, tetapi membahas adanya istilah unik yang tampaknya berseliweran di lini massa. Itu adalah kata ghosting.

Fenomena ghosting ini merupakan istilah etimologis linguistik yang mulai dipublikasikan oleh Urban Dictionary sejak tahun 2006. Penelitian terkait hal ini pun masih terbilang sedikit.

Penelitian yang mungkin bisa menjadi rujukan untuk mengolah ulah aneh-aneh anak zaman now ini adalah oleh Leah E Levebre bersama kawan-kawannya pada 2019. Mereka merupakan kumpulan dosen ilmu komunikasi di Universitas Alabama, Tuscaloosa, Amerika Serikat.

Ghosting sendiri masuk dalam kategori teknik penghindaran atau yang disebut sebagai avoidance.

Kategori teknik penghindaran dalam ghosting ini sendiri sebenarnya sudah lama dikenal dalam dunia persilatan ilmu komunikasi.

Teknik avoidance, adalah cara untuk untuk memutuskan hubungan, interaksi dan komunikasi dengan menghindari orang yang dituju.

Teknik penghindaran ini juga sering dipakai dalam apologetik retorik untuk melarikan diri dari tanggung jawab untuk meminta maaf. Misalnya, pejabat yang mengelak untuk mengakui korupsi yang dituduhkan padanya. Pejabat yang korupsi juga akan cenderung menghindar, memutus wawancara kepada wartawan, dan cepat pergi dari lokasi.

Yang membedakan adalah istilah ghosting ini dipakai pada penggunaan media komunikasi dan teknologi untuk memediasi hubungan interpersonal yang terjadi.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau