Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pangeran Harry Gunakan Terapi Trauma EMDR untuk Meredakan Kecemasan

Kompas.com, 1 Juni 2021, 12:17 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belum lama ini, Pangeran Harry menunjukkan sesi terapi pribadinya kepada publik di episode keempat "The Me You Can't See", sebuah dokumenter kesehatan mental yang dia produksi bersama dengan Oprah Winfrey.

Dalam episode tersebut, Duke of Sussex mempraktikan teknik yang dikenal sebagai desensitisasi dan pemrosesan ulang gerakan mata atau terapi trauma EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing).

Terapi ini dirancang untuk membantu pasien mengatasi ingatan traumatis yang terkait dengan gangguan stres pasca-trauma.

Namun, menurut terapis EMDR Nidhi Tewari, saat ini terapi tersebut juga dapat digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan.

Baca juga: Pangeran Harry Ungkap 3 Momen Tak Berdaya dalam Hidupnya

Mengatasi trauma dengan EMDR

Sebelum perawatan EMDR dapat dimulai, terapis pertama-tama akan meninjau riwayat pasien dan mengidentifikasi ingatan traumatis yang perlu diselesaikan.

Harry mengungkapkan bahwa dia menggunakan perawatan itu untuk mengatasi perasaan khawatir yang selalu dialaminya ketika terbang kembali ke Inggris.

"Bagi saya, London adalah pemicu. Itu karena apa yang terjadi pada ibu saya, apa yang saya alami, dan apa yang saya lihat," katanya.

Dalam sesi tersebut, terapisnya meminta dia untuk menyilangkan tangan dan menepuk bahunya sambil mengingat kembali kenangan, serta bagaimana perasaan itu terjadi.

Ketukan bahu dimaksudkan untuk membantu otak memproses ulang ingatan-ingatan sulit itu sambil memusatkan perhatian pada sensasi luar.

Ketukan dan gerakan mata memproses kembali ingatan

Penonton dapat melihat mata tertutup Harry bergerak di bawah kelopak matanya saat dia mengetukkan bahunya. Itulah komponen "gerakan mata" dari EMDR.

Hal ini dianggap mirip dengan tahap tidur gerakan mata cepat, ketika otak kita memproses informasi dari hari itu.

Beberapa terapis EMDR akan menggunakan isyarat lain seperti mengikuti jari atau suara untuk mengarahkan gerakan mata alih-alih mengetuknya.

"Terapi EMDR biasanya dilakukan dalam enam sampai delapan sesi. Proses itu biasanya mencakup beberapa terapi bicara untuk meninjau wawasan baru," ujar Tewari.

Praktisi EMDR, Wendy Byrd menjelaskan bahwa dengan EMDR, kita akan kembali melihat masa lalu dan bagaimana masa lalu itu dapat memengaruhi apa yang terjadi pada kita sekarang.

"Ini mengubah cara pengalaman disimpan dan ketika otak mengubah cara penyimpanannya, kita merasakannya secara berbeda," imbuhnya.

Baca juga: 5 Pengakuan Kontroversial Pangeran Harry di The Me You Cant See

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau