Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampah Plastik Bisa Picu Masalah Kolesterol dan Jantung, Benarkah?

Kompas.com, 4 Desember 2021, 23:59 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber New Atlas

KOMPAS.com - Sampah plastik ternyata tidak hanya berdampak buruk bagi lingkungan tetapi juga dapat membahayakan kesehatan manusia.

Baru-baru ini, sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Health Perspectives mengungkap, bahan-bahan di dalam plastik mampu meningkatkan kolesterol dan risiko penyakit kardiovaskular.

Meski penelitian itu menggunakan hasil pengamatan terhadap tikus, namun diyakini efek serupa pun bakal terjadi terhadap manusia.

Kandungan mikrosplastik berbahaya

Sebagian besar sampah plastik yang hanyut ke laut biasanya akan dipecah menjadi fragmen kecil yang dikenal sebagai mikrosplastik, lalu kemudian dikonsumsi oleh makhluk laut.

Baca juga: Mikroplastik Ditemukan dalam Seafood dan Bahayanya bagi Manusia

Mikrosplastik telah terbukti dapat melemahkan kemampuan perekat kerang yang menyebabkan gangguan kognitif pada kelomang, menyebabkan aneurisma, dan perubahan reproduksi pada ikan.

Sejauh menyangkut manusia, penelitian menunjukkan apabila mikroplastik dapat mengubah bentuk dan memisahkan sel paru-paru manusia untuk menyusup ke sawar darah-otak.

Sawar darah otak atau SDO adalah membran pemisahan sirkulasi darah dari cairan ekstraselular otak (BECF) dalam sistem saraf pusat (SSP).

Bahan kimia yang disebut plasticizer seperti BPA dan penggantinya yang ditambahkan ke plastik agar tahan lama dan fleksibel juga dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel otak.

Studi terbaru ini pun berfokus pada jenis plasticizer umum lainnya yang disebut ftalat, yang telah digunakan dalam pembuatan plastik selama lebih dari setengah abad.

Jenis ini menjadi bahan utama dalam ribuan produk mulai dari tirai kamar mandi, lantai vinil, hingga kemasan makanan.

Sementara itu, studi ekstensif telah menunjukkan ftalat menjadi pengganggu endokrin yang terkenal.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan Oktober mengaitkan hingga 100.000 kematian dini di AS, karena paparan bahan kimia dengan hubungan kuat dengan penyakit jantung.

Tetapi, masih banyak yang harus dipelajari tentang mekanisme biologis yang mendasari hubungan ini.

Baca juga: Bayi Telan Jutaan Partikel Mikroplastik dari Botol Susu, Benarkah?

Juga, penelitian baru dari University of California menawarkan beberapa wawasan baru.

Studi pada tikus

Para ilmuwan juga berfokus pada plasticizer yang secara umum digunakan yakni dicyclohexyl phthalate (DCHP), yang membuat model tikus terkena bahan kimia dan mengamati efeknya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau