Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/01/2022, 13:16 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bersyukur adalah kata-kata yang sering diucapkan orang-orang, entah itu demi mengingatkan orang lain atau pun diri sendiri.

Sayangnya, tak banyak orang yang sungguh-sungguh menerapkan rasa syukur pada dirinya. Padahal, rasa syukur akan membawa manfaat dalam hidup, terutama bagi kesehatan.

Ahli kesehatan mental menjelaskan apa sebenarnya yang dimaksud dengan rasa syukur, bagaimana mempraktikkannya, dan mengapa kita perlu melakukannya.

Bersyukur didefinisikan sebagai perasaan menghargai atau berterima kasih. Namun menurut konselor profesional Rebecca Phillips, arti bersyukur jauh lebih sederhana.

"Bersyukur adalah bentuk pengakuan, karena ketika kita dapat meluangkan waktu sejenak untuk mengakui apa yang kita rasakan, kita dapat mengakui hal baik itu," jelas Phillips.

"Mengakui ada sesuatu yang baik adalah inti dari mengalami rasa syukur."

Sejatinya, rasa syukur berbeda dari hal positif yang beracun (toxic positivity).

Baca juga: Bisa Jaga Kondisi Mental, Apa itu Meditasi Bersyukur?

Menurut Phillips, toxic positivity merupakan tindakan menyangkal dan menghilangkan emosi negatif dengan dorongan palsu.

"Mengalami rasa syukur tidak mengharuskan kita untuk membelokkan kenyataan atau menyangkal," tutur dia.

Pilar utama dari rasa syukur adalah mengakui sesuatu yang baik, bukan mengabaikan sesuatu yang buruk.

Rasa syukur bisa diterapkan setiap individu

Pelatih manajemen stres Stephen Light mengatakan, berlatih rasa syukur merupakan tindakan menumbuhkan rasa syukur dalam hidup melalui kombinasi kebiasaan sehat, mekanisme koping, dan manajemen waktu.

Intinya, tujuan berlatih rasa syukur adalah membantu individu untuk lebih menikmati hidup mereka. Melatih rasa syukur bisa dilakukan siapa saja, kata Light.

"Siapa pun yang memiliki keinginan mempraktikkan rasa syukur dan terlibat dengan rasa syukur berpotensi untuk belajar membangun hal itu dalam kehidupan mereka."

Manfaat latihan bersyukur

"Secara evolusi, otak manusia bertujuan untuk mencari keamanan," jelas Phillips.

Dalam hal ini, kita menjadi sangat waspada terhadap setiap bahaya atau sesuatu yang mengancam.

"Di zaman dahulu, respons pencarian keamanan membuat orang aman dari hewan atau ancaman lain."

"Namun di dunia modern, respons pencarian keamanan ini menyebabkan kita lebih fokus pada hal negatif daripada positif," sambung dia.

Perspektif ini dapat memengaruhi seluruh hidup kita, karena kita menjalani segala sesuatu dengan rasa takut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com