KOMPAS.com - Di saat seseorang baru menjalin hubungan asmara, timbul keinginan yang kuat untuk terus menjaga hubungan tersebut.
Hal tersebut salah satunya dilakukan dengan mencoba mengenal dan memahami pasangan baru lebih dalam.
Pola pendekatan seperti itu memanglah baik. Namun, jangan sampai keinginan bawah sadar kita berusaha untuk melihat sisi positif pasangan saja, tanpa memedulikan sisi negatifnya.
Baca juga: 5 Alasan Mengapa Pasangan yang Memelihara Hewan Lebih Bahagia
Seseorang yang hanya ingin melihat kebaikan dalam diri pasangan secara tidak sadar akan membenarkan perilaku si dia yang dipertanyakan.
Ada tiga kondisi yang menandakan bahwa pasangan baru kita dapat menimbulkan rasa sakit hati nantinya.
Apabila kita terus-menerus mengalami emosi ini dalam suatu hubungan, cobalah untuk mundur sejenak, dan memikirkan apakah kita perlu melanjutkan hubungan atau tidak.
Contoh kasus, Anto menghubungi Lisa setelah tiba di rumah pada hari Sabtu, setelah dua hari perjalanan yang panjang.
Lisa lantas berkeluh kesah, dengan "atasanku menelepon dan meminta aku bekerja. Lalu, temanku melakukan perbuatan yang tak mengenakkan, aku benci orang bodoh."
Nah, biasanya, orang yang memiliki rasa empati segera beresonansi dengan masalah pasangan, dan berusaha memberikan dukungan.
Anto lantas menanyakan pada Lisa apa yang bisa dia lakukan. Lisa meminta Anto untuk menemaninya.
Dari situ, Anto berniat membuat Lisa terkesan, dan membuktikan bahwa dia peduli dengan pasangannya.
Sayangnya, dia mengabaikan kewajiban untuk memenuhi keinginan Lisa.
Apa yang bisa diambil dari kasus di atas?
Baca juga: 6 Tanda Pasangan Akan Kembali Berselingkuh, Layak Diwaspadai
Seorang pasangan yang selalu fokus pada kehidupan dan kesulitan diri sendiri, tanpa meluangkan waktu sepenuhnya untuk memahami kondisi pasangan dapat menyebabkan masalah di masa depan.
Katakanlah, pria bernama Anwar selalu membicarakan putrinya. Pasangannya, Astrid terkesan bahwa Anwar adalah ayah yang peduli, penuh kasih, dan penuh perhatian.