Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Keluarga merupakan kumpulan orang yang selalu mendukung satu sama lain. Termasuk saat salah satunya sedang mengalami masalah. Meskipun begitu, realitasnya tak semua memiliki keluarga yang suportif.
Beberapa orang menganggap keluarga sebagai beban karena kerap memberi tekanan dengan menaruh ekspektasi pada anak. Padahal, menurut Mental Health Center, hubungan yang tak baik dengan keluarga bisa menghambat kesejahteraan anak di masa depan.
Dalam siniar Anyaman Jiwa bertajuk "Saat Aku Sedang Hadapi Tekanan dalam Keluarga" seorang pendengar mengungkapkan bahwa ia mendapat tekanan dari keluarganya.
Setelah lulus kuliah pada 2015, Mala?nama samaran?belum juga mendapat pekerjaan padahal sudah berusaha sekeras mungkin. Namun, keluarganya terus memberi tekanan agar segera mendapat pekerjaan.
Menjawab permasalahan itu, Novita Tandry, seorang Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga dari NTO International, mengungkapkan beberapa cara yang bisa dilakukan.
Hubungan keluarga memiliki pengaruh besar pada kesehatan fisik dan mental, baik jangka panjang maupun pendek. Jadi, kalau memiliki hubungan yang baik, kita akan merasa dicintai dan disayangi.
Baca juga: Mau Beli Asuransi? Kenali Dulu Istilah Berikut!
Untuk itu, cara pertama yang harus dilakukan adalah berani mengungkapkannya. Kita bisa berbicara secara tatap muka atau lewat tulisan.
Jangan takut untuk mulai berbicara agar orangtua paham dengan kondisi kita. Justru, semakin lama dipendam malah akan memperburuk hubungan dengan keluarga dan kesehatan mental kita.
Menurut Novita, kita bisa mulai berbicara pada waktu senggang, yaitu ketika orangtua tak sedang memegang pekerjaan. Ia merekomendasikan waktu saat makan malam dan hindari waktu pagi hari.
Dengan memilih waktu yang tepat, pikiran kita dan orangtua pun tak akan terpecah sehingga fokus untuk membahas permasalahan secara bersama.
Apabila tak nyaman untuk mengungkapkan masalah secara gamblang, kita bisa mulai dari topik yang ringan. Misalnya menanyakan kabar atau membicarakan hal yang orangtua suka.
Setelah nyaman, barulah kita bisa mulai menyinggung masalah yang sedang dihadapi. Apabila masih malu, gunakanlah pengandaian bahwa masalah itu adalah milik teman atau orang lain.
Kiat selanjutnya adalah memastikan kestabilan kondisi kita dan orang tua. Jangan berbicara saat emosi kita sedang meledak-ledak. Hal itu justru bisa memperparah masalah.
Ingatlah bahwa tujuan kita berbicara agar orangtua mengerti kondisi kita bahkan mampu membantu menyelesaikannya. Jika orangtua yang berada dalam kondisi tak stabil, justru hanya akan memarahi kita balik.
Baca juga: Penampilan Bukanlah Segalanya dalam Ranah Pekerjaan