Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikan Arapaima, Tipikal Hewan Bersahabat tapi Tak Boleh Dipelihara

Kompas.com - 03/04/2022, 07:07 WIB
Dinno Baskoro,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Kidadl

KOMPAS.com - Penemuan ikan raksasa dalam karung oleh warga Tangerang viral di media sosial.

Kabarnya ikan besar berwarna abu gelap tersebut merupakan jenis ikan arapaima gigas yang merupakan milik seorang warga yang akan diberikan ke temannya.

Mengulik lebih dekat ikan arapaima, jenis ikan air tawar ini bisa tumbuh sepanjang 4,5 meter dengan berat 200 kilogram.

Lantas, apakah ikan raksasa ini berbahaya bagi manusia? Berikut fakta menarik seputar ikan arapaima seperti dilansir Kidadl.

Baca juga: Penemuan Viral Ikan Arapaima Raksasa yang Bikin Geger Warga Tangerang, Ikan Apa Itu?

Spesies ikan air tawar terbesar

Ikan arapaima gigas yang juga dikenal sebagai pirarucu dan termasuk salah satu spesies ikan air tawar terbesar yang hidup di perairan tawar seperti sungai, danau, rawa dengan kedalaman yang relatif sedang.

Ikan yang panjangnya bisa mencapai 4,5 meter tersebut memiliki kemampuan adaptasi yang baik.

Misalnya ketika kadar oksigen dalam air menurun, ikan arapaima dengan cepat naik ke permukaan untuk menghirup udara.

Ciri fisik ikan arapaima yang unik

Tubuh ikan arapaima memiliki tubuh lebar dan ramping seperti torpedo dengan kepala meruncing. Sisiknya tampak berwarna keabu-abuan, bintik kemerahan hingga hijau kehitaman.

Sirip di punggungnya membentang hingga di dekat ekor. Permukaan luar yang bergelombang dan keras memungkinkan arapaima menjadi gesit dan lincah untuk melindungi dirinya dari pemangsa.

Satu hal yang membuat ikan ini terlihat unik adalah bentuk moncong mulutnya yang seolah terbalik. Sejumlah orang menganggap ikan ini lucu dan unik untuk dipelihara, selain melihat ukuran tubuhnya.

Baca juga: Ikan Arapaima Raksasa yang Ditemukan di Lhokseumawe Aceh Berbahaya dan Dilarang

Tidak berbahaya bagi manusia

Melihat ukurannya yang besar dan panjang, mungkin ikan satu ini tampak menakutkan, tapi sebenarnya tidak berbahaya bagi manusia.

Arapaima juga tidak memiliki racun, gigi tajam hingga apa pun yang dapat berakibat fatal. Mereka tipikal ikan yang cukup bersahabat (tenang) dan sifatnya tidak agresif.

Namun, di periode tertentu ikan arapaima dapat menjadi agresif karena memang tergolong sebagai ikan predator. Rahangnya yang kuat bisa menyebabkan luka yang menyakitkan bila tergigit.

Tidak ada korban jiwa yang pernah tercatat, justru ikan yang sering terlihat di permukaan air untuk menghirup oksigen ini kerap diburu manusia.

Daging dan lidah arapaima yang bertulang dan berfitur unik cukup diminati dan dikonsumsi oleh sebagian orang.

Di Indonesia tidak boleh dipelihara

Meski termasuk ikan yang tenang, arapaima tidak diiizinkan untuk dipelihara di Indonesia.   

Hal tersebut merujuk pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 19/Permen-KP/2020, pemerintah melarang pemasukan, pembudidayaan, peredaran, dan pengeluaran jenis ikan yang membahayakan dan/atau merugikan ke dalam dan dari wilayah pengelolaan perikanan negara Indonesia.

Ikan arapaima termasuk dalam ikan berbahaya dan merugikan, tidak boleh dibawa masuk ke dalam negeri, dibudidaya, diperjualbelikan atau diedarkan.

Ikan raksasa ini tidak boleh terlepas atau dilepaskan di perairan umum karena dapat mengganggu ekosistem air tawar di Indonesia, karena makanan utamanya saat dewasa adalah ikan kecil, krustasea, burung air, reptil hingga mamalia berukuran kecil.

Baca juga: Apakah Ikan Arapaima Berbahaya?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com