Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Drs. I Ketut  Suweca, M.Si
PNS dan Dosen Ilmu Komunikasi STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja

Pencinta dunia literasi

Lihatlah, Hidup Semakin Indah dengan Selalu Bersyukur

Kompas.com - 02/06/2022, 12:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BARANGKALI sudah banyak pesan kita dapatkan dari para sahabat bahwa dalam hidup ini seyogianya kita sering bersyukur (be grateful). Mensyukuri apa yang ada, bersyukur atas karunia Tuhan.

Bersyukur bukan hanya dalam keadaan senang, juga tetap bersyukur di saat-saat kesulitan melanda. Sebisa-bisanya, hari-hari kita adalah hari-hari yang penuh syukur.

Bersyukur adalah penyampaian rasa terima kasih kepada Tuhan atas segala karunia-Nya. Ya, atas segala karunia yang Tuhan berikan kepada kita, umat-Nya.

Yang perlu ditanyakan, adakah alasan mengapa kita perlu bersyukur? Begitu pentingkah bersyukur dilakukan atau dipanjatkan? Mari kita lihat lebih jauh lagi.

Pertama, menyadari keterlibatan Tuhan.

Kita bersyukur kepada siapa? Kepada Tuhan, tentu saja. Secara tidak langsung hal itu berarti kita sudah menyadari bahwa ada keterlibatan Tuhan atas apa pun yang berhasil kita capai, keadaan apa pun yang sedang kita hadapi.

Kita yakini Tuhan terlibat dalam menentukan hasil -- apakah hal yang kita lakukan akan sukses atau tidak.

Sebagai manusia biasa, kita hanya bisa berusaha dengan sebaik-baiknya, tetapi Tuhan jualah yang akan menentukan hasil akhirnya.

Kedua, hidup lebih damai dan tenang.

Kedamaian hati, siapa tak butuh? Ketenangan batin, siapa yang menolak? Semua orang, penulis yakini, ingin sekali hidupnya tenang dan damai.

Dengan selalu bersyukur kita akan sanggup menghadapi kondisi yang tidak sesuai dengan harapan dan tetap tabah dalam menghadapi musibah. Tidak menjadi kalut atau kacau karenanya.

Kita segera memahami bahwa kesenangan, kedukaan, rasa sakit, dan kematian adalah warna-warni kehidupan yang mesti dilalui dengan ikhlas.

Jadi, sebenarnya kita tidak harus terlalu merisaukannya, melainkan menenteramkan hati bahwa seperti itulah kehidupan.

Ketiga, terhindar dari keserakahan.

Bersyukur -- jika dihayati dan diamalkan secara benar, akan membantu kita terhindar dari dorongan menjadi manusia serakah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com