Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Depresi pada Ayah Bisa Menurun ke Anak, kok Bisa?

Kompas.com, 8 Juli 2022, 20:00 WIB
Dinno Baskoro,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gangguan mental seperti depresi yang diderita ayah bisa menurun ke anak.

Kabar buruknya, hal itu tidak cuma berkaitan dengan faktor biologis. Artinya, anak tiri pun berisiko mengalami depresi ketika ayahnya mengalami hal yang sama.

Para peneliti dari Institute Penelitian Ilmu Sosial di Penn State University menemukan fakta bahwa pengaruh depresi yang diderita ayah dapat menurun ke anak terlepas dia adalah ayah tiri atau pun kandung.

Baca juga: Ternyata, Diet Mediterania Bisa Bantu Atasi Depresi

"Banyak penelitian berfokus pada depresi dalam keluarga," kata Jenae Neiderhiser, profesor Psikologi, Pengembangan Manusia dan Studi Keluarga di Penn State University, AS, seperti dikutip Science Daily.

Penelitian tersebut dilakukan pada studi berbasis informasi campuran yang dilakukan kepada sejumlah keluarga, termasuk hubungan antara ayah dan anak.

Studi yang diterbitkan di jurnal Development and Psychopathology tersebut melihat variasi yang terjadi secara alami dalam hubungan genetik serta faktor lain antara orangtua dan anak remaja yang melibatkan 720 keluarga.

Lebih dari setengah keluarga tersebut di antaranya adalah orangtua tiri, sisanya adalah peran orangtua kandung dalam pola pengasuhan anak bersama.

Dalam penelitian itu, ibu, ayah, dan anak masing-masing diberi pertanyaan yang bertujuan untuk mengukur gejala depresi, perilaku, dan konflik yang terjadi antara orang tua-anak.

Para peneliti kemudian memeriksa hubungan antara gejala depresi ayah dan gejala perilaku anak dalam serangkaian model.

Neiderhiser dan Alex Burt, profesor ilmu klinis di Michigan State, bersama dengan rekan-rekan peneliti lain menemukan fakta, depresi ayah berkaitan dengan depresi yang dialami remaja serta masalah perilaku mereka.

"Hasil penelitian menunjukkan adanya transmisi atau peran lingkungan dari depresi dan perilaku antara ayah dan anak," katanya.

"Selain itu, kami terus melihat hasil ini dalam sub keluarga kandung, di mana ayah secara biologis terkait dengan perilaku anak yang berpartisipasi."

Para peneliti juga menyatakan, penyebab depresi yang menurun ke anak itu disebabkan oleh konflik orangtua dan anak.

Sementara faktor penyebab lainnya soal bagaimana peran orang tua dalam menyelesaikan konflik.

"Jenis temuan ini menambah bukti bahwa konflik orangtua-anak berperan sebagai prediktor lingkungan dari perilaku remaja." imbuh peneliti.

Menurut Neiderhiser, mereka juga memprediksi bahwa dampak depresi yang menurun ke anak akan lebih besar pada hubungan orangtua kandung secara genetik.

"Akan sangat bagus untuk melakukan lebih banyak studi tentang keluarga tiri dan keluarga kandung."

"Mereka cenderung menjadi eksperimen alami yang kurang dimanfaatkan yang bisa kita pelajari lebih banyak untuk membantu kita menguraikan dampak faktor lingkungan dan genetika pada keluarga," demikian papar Neiderhiser.

Baca juga: Baby Blues Vs Depresi Pascapersalinan, Kenali Perbedaannya

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau