Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makan Ultra Proses Pengaruhi IQ dan Kesehatan Mental Pria

Kompas.com, 1 Maret 2023, 10:00 WIB
Dinno Baskoro,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber DMarge

KOMPAS.com - Saat ini sudah banyak studi ilmiah yang membuktikan bahwa makanan ultra proses bisa berpengaruh pada kondisi kesehatan fisik.

Namun pada buku terbaru yang ditulis psikolog dan ahli gizi, Kimberly Wilson berjudul "Unprocessed: How the Food We Eat is Fueling Our Mental Health Crisis", disebutkan kalau makanan ultra proses bisa pengaruhi kesehatan mental dan IQ kita.

Makanan ultra proses adalah julukan pada berbagai makanan yang dibuat dengan bahan baku industrial yang cukup sulit dipahami.

Seperti pengental, pengemulsi hingga perasa buatan. Jenis pangan ini merujuk pada makanan yang diproduksi pabrik yang lekat dengan penggunaan bahan-bahan kimia.

Baca juga: 3 Makanan Ultra Proses yang Buruk untuk Metabolisme Orang di Atas 40 

Makanan ultra proses pengaruhi kesehatan mental

Ada beberapa hal yang membuat makanan ultra proses ini dapat memengaruhi kesehatan mental.

Misalnya faktor traumatis, sosial, ekonomi, fisiologis hingga diet atau pola makan yang kita terapkan sehari-hari.

Pola makan ini sangat berpengaruh pada kondisi otak, sebab pada otak manusia membutuhkan nutrisi dari makanan yang kita konsumsi.

Terutama kebutuhan akan omega-3 yang merupakan nutrisi penting bagi kesehatan otak yang mengatur segala macam fungsi daya pikir hingga emosional.

Sedangkan makanan ultra proses ini cenderung rendah nutrisi dan kalori, sehingga dikatakan tidak mampu memenuhi kebutuhan akan omega-3.

Demikian pula pada sebuah riset yang dilakukan National Health and Medical Research Council mengatakan, makanan tinggi karbohidrat olahan (yang biasanya terdapat pada makanan ultra proses dan junk food) dapat meningkatkan risiko depresi.

Itulah sebabnya makanan ultra proses ini dapat memengaruhi kondisi kesehatan mental dan kecerdasan intelektual (IQ) kita, apalagi jika terlalu sering dikonsumsi dalam jangka panjang.

Baca juga: Sering Konsumsi Makanan Ultra Proses Tingkatkan Risiko Demensia 

Ilustrasi makanan ultra prosesUnsplash Ilustrasi makanan ultra proses

Pria muda lebih berisiko

Terkait kebiasaan makan junk food dan makanan ultra proses, disebutkan pula bahwa pria muda lebih berisiko mengalami gangguan IQ dan kesehatan mental.

Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di AS, pria adalah konsumen terbesar makanan cepat saji daripada wanita.

Khususnya di kelompok pria muda di usia 20-39 tahun, 46,5 persen dari responden pria mengonsumsi makanan cepat saji lebih banyak dibandingkan wanita pada usia yang sama dan presentasenya hanya 43,3 persen.

Dalam studi yang lain di Australian Mens Health Forum, pria muda dikatakan memiliki risiko tinggi akan gangguan kesehatan mental.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau