Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tenun Ikat Tanimbar yang Dipakai Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR

Kompas.com, 16 Agustus 2023, 09:48 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Presiden Jokowi mengenakan baju adat Tanimbar, Maluku, saat menyampaikan Pidato Kenegaraan 2023.

Busananya berupa kain tenun ikat berwarna hitam yang diatur menjadi rompi sehingga makin menonjolkan keindahan coraknya.

Baca juga: Presiden Jokowi Pakai Baju Tanimbar, Maluku di Sidang Kenegaraan 2023

Penampilan Jokowi kembali menambahkan khazanah publik akan kekayaan wastra Nusantara yang selama ini belum terlalu dikenal.

Mengenal kain tenun ikat Tanimbar yang dipakai Jokowi

Kain tenun yang dipakai Jokowi dalam momen Sidang Tahunan MPR dan Pidato Kenegaraan 2023 ini berasal dari Kepulauan Tanimbar, Maluku Tenggara Barat, yang berada 556 kilometer dari Kota Ambon.

Kain tenun ikat Tanimbar adalah salah satu wastra Nusantara yang dibuat dengan prinsip sederhana, tetapi kaya makna.

Baca juga: Mengenal Kain Tenun Ikat Tanimbar

Dibuat dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang, lalu dihiasi motif dan warna yang beragam.

Umumnya, kain tenun Tanimbar didominasi motif garis meskipun banyak juga tambahan corak yang diadaptasi dari alam, seperti binatang, tumbuhan, dan manusia itu sendiri.

Menenun kain merupakan keterampilan yang diwarisi oleh masyarakat Maluku Tenggara Barat sejak zaman nenek moyangnya, khususnya perempuan.

Dikutip dari BPNB Maluku, anak perempuan di Tanimbar sejak dulu diharuskan mampu menenun kain untuk menandakan kedewasannya.

Jika belum mampu menghasilkan kain tenun sendiri maka perempuan tersebut dianggap belum dewasa dan belum siap menikah.

Baca juga: Didiet Maulana Mengangkat Keindahan Tenun Tanimbar

Foto dirilis Selasa (25/1/2022), memperlihatkan penenun muda dan senior kelompok Ralsasam mengerjakan pesanan tenun ikat tanimbar dengan alat tenun tradisional di Desa Tawiri, Kota Ambon. Provinsi Maluku memiliki wastra tradisional tenun ikat Tanimbar, sarat akan warisan tradisi, identitas, dan nilai kebersamaan dalam proses pembuatannya, yang dalam perkembangannya terus berevolusi dan kini dipopulerkan dengan sebutan tenun Maluku.ANTARA FOTO/FB ANGGORO Foto dirilis Selasa (25/1/2022), memperlihatkan penenun muda dan senior kelompok Ralsasam mengerjakan pesanan tenun ikat tanimbar dengan alat tenun tradisional di Desa Tawiri, Kota Ambon. Provinsi Maluku memiliki wastra tradisional tenun ikat Tanimbar, sarat akan warisan tradisi, identitas, dan nilai kebersamaan dalam proses pembuatannya, yang dalam perkembangannya terus berevolusi dan kini dipopulerkan dengan sebutan tenun Maluku.
Pembuatannya tidak hanya mengutamakan keindahan coraknya, tetapi juga nilai luhur yang menjadi jati diri mereka.

Para penenun ini terbesar di berbagai wilayah di Maluku Tenggara Barat, tetapi motifnya biasanya berbeda di setiap desa.

Baca juga: Snorkeling dan Tenun Ikat Digemari Turis Asing di Lembata NTT

Jadi suvenir dan fashion modern

Keindahan tenun ikat TanimbarRepro bidik layar via Dispar Maluku Keindahan tenun ikat Tanimbar
Semakin banyak orang yang menyadari keindahan tenun ikat Tanimbar lewat penampilan Presiden Jokowi.

Baca juga: Ragam Baju Adat Jokowi di Sidang Tahunan MPR-RI, Unik dan Kaya Makna

Padahal, sebenarnya wastra Nusantara ini sudah sering dipakai sebagai suvenir untuk dikalungkan pada tamu penting yang datang ke Maluku.

Selain itu, berbagai toko oleh-oleh di Ambon juga banyak menjual kain tenun Ikat Tanimbar untuk para wisatawan.

Kain tenun ikat Kepulauan Tanimbar juga pernah dipakai di fashion modern, seperti Brand Ivona Liem dalam koleksi resort wear dan desainer kenamaan Didiet Maulana.

Baca juga: Masker Limited Edition Tenun Tanimbar Kreasi Didiet Maulana, Mau?

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca tentang


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau