Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jeng Yah Jadi Inspirasi pada Koleksi Batik Keris x Wilsen Willim

Kompas.com, 5 Maret 2024, 12:36 WIB
Via Furgativa Gumilar ,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kamu tentu masih ingat sosok Jeng Yah dalam film Gadis Kretek yang diperankan oleh Dian Sastro. Penampilan Jeng Yah dalam film tersebut membuat banyak orang menirunya dengan kembali memakai pakaian tradisional Jawa.

Selain menginpirasi banyak perempuan, gaya Jeng yah rupanya juga menjadi inspirasi desainer Wilsen Willim saat menampilkan koleksi terbarunya pada acara Plaza Indonesia Fashion Week (PIFW) 2024, Senin (4/3/2024). 

Berkolaborasi dengan Batik Keris, Wilsen menampilkan 20 rancangan batik yang banyak menggunakan batik hokokai dan batik peranakan. 

“Tadi aku menampilkan 20 look batik dan kita menggunakan banyak batik peranakan dan hokokai. Aku berkolaborasi juga dengan Batik Keris,” ucapnya.

Pada koleksi ini, batik yang ditampilkan terinspirasi dari peran Dasiyah di series Gadis Kretek, yang sehari–hari mengenakan kebaya janggan. 

Dian sastro menjadi model pada acara fashion show yang digelar oleh Batik Keris x Wilsen Willim di Plaza Indonesia Fashion Week 2024, Senin (4/3/2024), yang terinspirasi dari Daisyah di Series Gadis KretekKOMPAS.com/ Via Furgativa Gumilar Dian sastro menjadi model pada acara fashion show yang digelar oleh Batik Keris x Wilsen Willim di Plaza Indonesia Fashion Week 2024, Senin (4/3/2024), yang terinspirasi dari Daisyah di Series Gadis Kretek

“Konsep aku dulu, sekarang, dan nanti, aku banyak melihat inspirasi dari Dasiyah sendiri,”ujarnya.

Selain itu beskap yang dipakai oleh Dian Sastro saat tour series Gadis Kretek juga menjadi alasan Wilsen untuk mengubah arah brandnya.

“Aku menemukan tujuan yakni ingin membuat siluet Indonesia yang kontemporer, seperti yang kita lihat semenjak Gadis Kretek itu di mana anak–anak muda mulai mengenakan baju tradisional dan di-styling so street and very chic,"ujarnya.

"Itu memberikan aku inspirasi penampilan yang kontemporer,” lanjut Wilsen.

Wilsen juga berharap baju–baju tradisional bisa lebih banyak digunakan di masa depan dan Indonesia tidak terpaku dengan budaya dari luar, karena kita mempunyai busana tradisional yang sangat indah.

Pada koleksi terbarunya, Wilsen menggunakan bahan tailoring, misalnya ada yang dicampurkan dengan corduroy agar menambah kesan pada tekstur pakaiannya, ada juga katun dan sutera yang dibuat menjadi model beskap yang sedang tren.

Meski begitu, semua busana yang dipersiapkan dalam waktu tiga minggu ini meggunakan bahan-bahan lokal dan diproduksi di Jakarta.

Untuk menunjang kesan lokal, musik yang dipakai mengiringi show dicgubah oleh musisi Indonesia Ican Harem dengan vibe futuristic tetapi tetap menggunakan elemen Indonesia. Lantunan lagu Sabda Alam yang dinyanyikan Teresha Zen menambah kesan elegan suasana.

Wilsen berharap desain ini bisa mendorong anak-anak muda untuk bangga mengenakan baju tradisional seperti kebaya, kutubaru, atau beskap.

"Selain itu, semoga desainer–desainer muda bisa terus mengembangkan busana Indonesia dengan baju khas tradisionalnya, sehingga setiap orang --termasuk warga negara asing-- bisa dengan nyaman memakainya.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau