Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelecehan Seksual Bisa Terjadi dalam Kasus "Bullying", Kenapa Tak Ada yang Hentikan?

Kompas.com, 23 September 2024, 09:31 WIB
Nabilla Ramadhian,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com Sexual bullying adalah intimidasi dengan melecehkan korban melalui komentar atau tindakan seksual.

Pelecehan seksual juga disebut dengan sexual bullying karena bisa terjadi dalam kasus bullying, meski umumnya yang terjadi dalam kasus bullying adalah kekerasan fisik dan verbal.

Psikolog Klinis di Personal Growth, Shierlen Octavia, M.Psi, mengatakan, pelecehan seksual bisa terjadi karena tidak ada orang yang menghentikannya.

Baca juga: Ketahui, Tindakan yang Termasuk Sebagai Sexual Bullying

Mengapa para pelaku bullying melakukan pelecehan seksual?

“Sebenarnya, kalau dalam bullying, role-nya tidak hanya pelaku dan korban. Banyak banget. Ada asisten,” tutur dia kepada Kompas.com, Jumat (20/9/2024).

Asisten adalah orang-orang yang terlibat dalam kasus bullying, tetapi bukan pelaku utama. Mereka adalah orang-orang yang menyiapkan apa pun yang dibutuhkan pelaku utama untuk merundung korban.

Kemudian, ada pula orang yang “bertugas” untuk mendokumentasikan aksi bullying, serta defender untuk membela para pelaku.

“Kalau misalnya tidak ada orang yang menghentikan (pelecehan seksual), bisa jadi memang role mereka dalam kasus bullying itu sebagai asisten pelaku utama),” Shierlen berujar.

Menjadi penonton

Kemungkinan lain aksi pelecehan seksual tidak dihentikan dalam kasus bullying, adalah orang-orang selain pelaku utama hanya hadir di lokasi.

Dalam suatu kelompok, ada kemungkinan pelaku utama bullying hanya beberapa orang. Sementara sisanya adalah “pemeran pembantu” dan sekadar hadir untuk menonton.

Bisa saja, orang-orang selain pelaku utama tidak menghentikan pelecehan seksual karena mereka takut. Sebab, suasana dan lingkungan membuat mereka merasa tertekan.

“Orang di bawah tekanan itu sangat mungkin melakukan hal-hal yang sebetulnya, kalau dipikir lagi, secara moral atau dalam kondisi yang tidak tertekan, mereka tidak akan melakukannya,” jelas Shierlen.

Namun, ketika dalam kondisi tertekan, mereka berupaya melindungi diri sendiri. Dalam hal ini, tidak menghentikan pelecehan seksual, yang terjadi dalam aksi bullying di hadapan mereka.

Baca juga: Ketahui Penyebab Sexual Bullying dan Contoh-contohnya

Kasus bullying di SMA Binus Simprug

Sebelumnya, ramai diperbincangkan kasus perundungan dan pelecehan seksual pada salah satu siswa di SMA Binus Simprug, yaitu RE (16).

Kejadian ini viral setelah orangtua siswa dan tim pengacaranya memasuki kawasan sekolah tanpa ada konfirmasi terlebih dahulu.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau