Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Pengidap Skizofrenia, Apakah Dapat Hidup Normal dalam Masyarakat?

Kompas.com, 6 Desember 2024, 16:01 WIB
Silmi Nurul Utami,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

KOMPAS.com - Skizofrenia adalah gangguan kesehatan mental serius yang dapat diderita oleh anak-anak. Lalu, apakah anak yang mengidap skizofrenia dapat sembuh dan hidup normal? 

Menurut Psikiater Forensik Natalia Widiasih Raharjanti, anak yang mengidap skizofrenia tetap memiliki peluang untuk hidup normal dalam masyarakat, meskipun menghadapi tantangan signifikan dalam fungsi sosial dan kognitif. 

"Meskipun anak yang mengidap skizofrenia memiliki tantangan dalam fungsi sosial, namun mereka tetap dapat menjalani kehidupan normal dalam masyarakat," ujarnya ketika diwawancarai Kompas.com, Rabu (2/12/2024). 

Kesulitan yang sering muncul melibatkan pemahaman terhadap norma sosial dan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar.  

Baca juga: Kata Pakar Kejiwaan soal Bisikan Gaib yang Berakibat Remaja Bunuh Ayah dan Neneknya

Adapun stresor lingkungan, terutama yang tidak dikelola dengan baik, dapat memperburuk gejala dan memicu respons emosional berlebihan. Selain itu, stigma dan diskriminasi di masyarakat dapat memperburuk isolasi sosial mereka.

"Hal itu dapat membatasi akses ke pendidikan dan kesempatan lainnya," pungkas Natalia.  

Meskipun tantangan tersebut nyata, penanganan yang tepat dapat membantu anak dengan skizofrenia menjalani kehidupan yang lebih bermakna. 

3 Hal yang Membantu Anak dengan Skizofrenia Hidup Normal di Masyarakat

1. Pengobatan Medis

Menurut Natalia, obat antipsikotik penting untuk mengatasi gangguan neurotransmitter yang menjadi akar dari banyak gejala skizofrenia. 

Selain itu, penanganan terhadap masalah metabolik atau struktural yang menyertai kondisi ini juga sangat diperlukan.  

Baca juga: Tidak Hanya Orang Dewasa, Anak Juga Bisa Idap Skizofrenia

2. Terapi Psikososial

Anak penderita skizofrenia juga perlu menjalani terapi psikososial mencakup Terapi Kognitif-Perilaku (CBT), Exposure Therapy, pelatihan keterampilan sosial, dan terapi Keluarga. 

"Terapi psikososial dapat membantu anak memahami kondisinya, mengelola emosi, meningkatkan kemampuan mereka dalam bersosialisasi, menciptakan rasa aman dan saling percaya," jelas Natalia. 

3. Peningkatan Kemampuan Koping

Pada anak dengan disregulasi emosi dan kecemasan yang berat, fokus pada peningkatan kemampuan koping, daripada sekadar menghilangkan stresor. 

"Anak dapat belajar menghadapi tantangan secara mandiri dan membentuk resiliensi serta strategi koping yang memadai," tutur Natalia. 

Artinya, dengan kemampuan koping yang lebih baik anak dapat menghadapi tantangan tanpa takut gejalanya akan kambuh. 

Baca juga: Peran Modal Psikologis: Dari Stres Menuju Sukses

Pentingnya Peran Keluarga dan Masyarakat

Menurut Natalia, peran keluarga dan masyarakat juga sangat penting agar anak pengidap skizofrenia bisa hidup normal.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau