Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Pelecehan oleh Anak 8 Tahun, Psikiater Jelaskan Penyebabnya

Kompas.com, 13 Juni 2025, 18:26 WIB
Ida Setyaningsih ,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang ibu berinisial NDP di Bekasi, Jawa Barat, membagikan pengalaman beratnya di Instagram.

Ia bercerita bahwa anaknya yang berusia belum genap lima tahun tiba-tiba menolak salat. Padahal biasanya, begitu mendengar azan, sang buah hati langsung berlari ke masjid.

Baca juga:

"Kini, salat Jumat seminggu sekali pun dia tolak," jelasnya di Instagram, dikutip Kompas.com atas izinnya, Jumat (13/6/2025).

Ketika ibunya bertanya mengapa tidak mau salat, jawaban sang anak membuat kedua orangtuanya terkejut.

Anaknya menceritakan pengalaman tidak menyenangkan yang dialaminya saat beribadah, yang melibatkan anak lain berusia delapan tahun berinisial Y.

Setelah konfirmasi lebih lanjut, Y mengaku telah melakukan pelecehan seksual terhadap empat anak, termasuk anak NDP, sebanyak tiga kali.

Korban trauma beribadah

Kasus ini mengguncang keluarga korban dan masyarakat sekitar. Dalam musyawarah yang dihadiri RT, RW, dan petugas keamanan, keluarga korban merasa kecewa karena tidak ada solusi konkret.

Laporan ke kepolisian pun menemui jalan buntu karena pelaku berusia di bawah 12 tahun.

"Anak saya trauma untuk beribadah, sementara pelaku hanya mendapat konseling," ucap NDP.

Mengapa anak berusia 8 tahun bisa melakukan pelecehan?

Psikiater Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi di Bogor, dr. Lahargo Kembaren, SpKJ, mengatakan, perilaku agresif atau kekerasan pada anak adalah hasil dari gangguan kompleks di otak.

"Ada dua area otak yang berperan penting," kata dr. Lahargo kepada Kompas.com, Jumat (13/6/2025).

"Pertama, bagian depan otak yang berfungsi mengontrol diri dan membuat keputusan. Kedua, bagian tengah otak yang mengatur emosi," sambungnya.

Pada anak dengan perilaku bermasalah, area pengontrol diri tidak berfungsi dengan baik, sedangkan area emosi menjadi sangat sensitif.

Akibatnya, anak mudah terpicu melakukan tindakan agresif tanpa bisa mengendalikan diri.

Baca juga: Belajar dari Kasus Pelecehan Siswa di Depok, 3 Cara Orangtua Mengetahui Anak Alami Pelecehan

Apa penyebabnya?

Seorang anak berumur delapan tahun diduga melecehkan anak lain. Berikut penjelasan psikiater terkait penyebab dan pentingnya deteksi dini.Freepik/rawpixel Seorang anak berumur delapan tahun diduga melecehkan anak lain. Berikut penjelasan psikiater terkait penyebab dan pentingnya deteksi dini.

Terdapat beberapa hal yang bisa menyebabkan pelecehan tersebut. Simak selengkapnya?

  • Pengalaman traumatis

Anak yang pernah menjadi korban kekerasan fisik, verbal, atau seksual berisiko tinggi mengulangi perilaku tersebut.

Menyaksikan kekerasan di rumah atau lingkungan sekitar juga berdampak serupa.

  • Paparan konten yang tidak pantas

Tontonan atau permainan yang mengandung kekerasan dan konten seksual dapat merusak perkembangan otak anak. Media sosial, film, dan gim tertentu perlu diawasi ketat.

Sementara itu, faktor lain yang menyebabkan anak kecil berperilaku menyimpang menurut dr. Lahargo adalah sebagai berikut:

  • Riwayat keluarga dengan masalah perilaku
  • Cedera kepala atau gangguan kesehatan
  • Masalah keluarga seperti perceraian atau kondisi ekonomi sulit
  • Pengalaman di-bully atau mem-bully orang lain

Baca juga: Kasus Pelecehan Siswa di Depok, Apa yang Harus Dilakukan Korban untuk Pulih?

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau