Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kasus Pelecehan oleh Anak 8 Tahun, Psikiater Jelaskan Penyebabnya

KOMPAS.com - Seorang ibu berinisial NDP di Bekasi, Jawa Barat, membagikan pengalaman beratnya di Instagram.

Ia bercerita bahwa anaknya yang berusia belum genap lima tahun tiba-tiba menolak salat. Padahal biasanya, begitu mendengar azan, sang buah hati langsung berlari ke masjid.

  • Anak Jadi Korban Pelecehan di Lingkungan Sekolah, Orangtua Harus Apa?
  • Pelecehan Siswi di Depok, Psikolog Tegaskan untuk Tidak Menyalahkan Korban

"Kini, salat Jumat seminggu sekali pun dia tolak," jelasnya di Instagram, dikutip Kompas.com atas izinnya, Jumat (13/6/2025).

Ketika ibunya bertanya mengapa tidak mau salat, jawaban sang anak membuat kedua orangtuanya terkejut.

Anaknya menceritakan pengalaman tidak menyenangkan yang dialaminya saat beribadah, yang melibatkan anak lain berusia delapan tahun berinisial Y.

Setelah konfirmasi lebih lanjut, Y mengaku telah melakukan pelecehan seksual terhadap empat anak, termasuk anak NDP, sebanyak tiga kali.

Korban trauma beribadah

Kasus ini mengguncang keluarga korban dan masyarakat sekitar. Dalam musyawarah yang dihadiri RT, RW, dan petugas keamanan, keluarga korban merasa kecewa karena tidak ada solusi konkret.

Laporan ke kepolisian pun menemui jalan buntu karena pelaku berusia di bawah 12 tahun.

"Anak saya trauma untuk beribadah, sementara pelaku hanya mendapat konseling," ucap NDP.

Mengapa anak berusia 8 tahun bisa melakukan pelecehan?

Psikiater Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi di Bogor, dr. Lahargo Kembaren, SpKJ, mengatakan, perilaku agresif atau kekerasan pada anak adalah hasil dari gangguan kompleks di otak.

"Ada dua area otak yang berperan penting," kata dr. Lahargo kepada Kompas.com, Jumat (13/6/2025).

"Pertama, bagian depan otak yang berfungsi mengontrol diri dan membuat keputusan. Kedua, bagian tengah otak yang mengatur emosi," sambungnya.

Pada anak dengan perilaku bermasalah, area pengontrol diri tidak berfungsi dengan baik, sedangkan area emosi menjadi sangat sensitif.

Akibatnya, anak mudah terpicu melakukan tindakan agresif tanpa bisa mengendalikan diri.

Terdapat beberapa hal yang bisa menyebabkan pelecehan tersebut. Simak selengkapnya?

  • Pengalaman traumatis

Anak yang pernah menjadi korban kekerasan fisik, verbal, atau seksual berisiko tinggi mengulangi perilaku tersebut.

Menyaksikan kekerasan di rumah atau lingkungan sekitar juga berdampak serupa.

  • Paparan konten yang tidak pantas

Tontonan atau permainan yang mengandung kekerasan dan konten seksual dapat merusak perkembangan otak anak. Media sosial, film, dan gim tertentu perlu diawasi ketat.

Sementara itu, faktor lain yang menyebabkan anak kecil berperilaku menyimpang menurut dr. Lahargo adalah sebagai berikut:

Dr. Lahargo juga menyebutkan beberapa perilaku yang menjadi sinyal bahaya:

  • Mudah marah berlebihan
  • Sering berkelahi atau mengancam
  • Merusak barang-barang
  • Menyakiti hewan
  • Bermain dengan api
  • Mencoret-coret atau merusak fasilitas umum

"Perilaku ini menandakan ada yang tidak beres dan perlu penanganan segera," ucapnya.

Cara mencegah anak berperilaku menyimpang

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan orangtua dan lingkungan untuk mencegah anak berperilaku menyimpang. 

1. Ciptakan lingkungan aman

  • Jauhkan anak dari segala bentuk kekerasan
  • Ajarkan pendidikan seksual sesuai usia
  • Awasi dengan ketat apa yang ditonton dan dimainkan anak

2. Perkuat hubungan dengan anak

  • Luangkan waktu berkualitas bersama anak
  • Dengarkan keluhan dan cerita anak dengan serius
  • Jadilah tempat anak merasa aman berbagi masalah

3. Waspadai perubahan perilaku

  • Perhatikan perubahan kebiasaan anak
  • Jangan abaikan keluhan ketidaknyamanan
  • Segera konsultasi jika ada tanda-tanda mencurigakan

Bagaimana jika anak berperilaku menyimpang?

Jika anak menunjukkan perilaku bermasalah, diperlukan penanganan sebagai berikut:

  • Pemeriksaan menyeluruh oleh psikolog dan psikiater anak
  • Terapi psikologis untuk mengubah pola pikir dan perilaku
  • Pengobatan medis jika diperlukan
  • Rehabilitasi sosial untuk melatih kemampuan berinteraksi

Tanggung jawab bersama

"Orangtua memiliki peran utama dalam mencegah perilaku bermasalah pada anak," ucap dr. Lahargo.

"Namun ini juga tanggung jawab sekolah, lingkungan, dan masyarakat," tambahnya.

Jika menemukan tanda-tanda perilaku bermasalah pada anak atau menduga anak mengalami pelecehan, segera konsultasikan dengan psikolog atau psikiater anak. Deteksi dini adalah kunci perlindungan terbaik.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/06/13/182632220/kasus-pelecehan-oleh-anak-8-tahun-psikiater-jelaskan-penyebabnya

Terkini Lainnya

Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Prediksi Shio Kuda Api 2026, Disebut Penuh Peluang Besar
Wellness
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Kebutuhan Psikologis Anak 5-12 Tahun, dari Bermain hingga Rasa Aman
Parenting
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Rasa Bersalah Ibu pada Anak, Kapan Masih Wajar dan Kapan Perlu Diwaspadai?
Parenting
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Cinta Laura Ajak Konsisten Hidup Sehat, Mulai dari Langkah Kecil
Wellness
Perjalanan Cinta Tiffany Young dan Byun Yo Han, Sudah Ada Rencana Menikah
Perjalanan Cinta Tiffany Young dan Byun Yo Han, Sudah Ada Rencana Menikah
Wellness
Momen Taylor Swift Telepon Travis Kelce di Eras Tour, Saling Dukung Meski LDR
Momen Taylor Swift Telepon Travis Kelce di Eras Tour, Saling Dukung Meski LDR
Relationship
Pemicu Ibu Sering Merasa Bersalah dalam Mengasuh Anak Menurut Psikolog
Pemicu Ibu Sering Merasa Bersalah dalam Mengasuh Anak Menurut Psikolog
Wellness
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com