Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Tantrum Saat Lepas dari Gadget? Coba Metode Reset Week

Kompas.com, 9 Juli 2025, 13:06 WIB
Devi Pattricia,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

TANGERANG, KOMPAS.com – Mengurangi waktu anak main gadget dan mengenalkannya pada mainan fisik memang tak mudah. Tak jarang, anak akan tantrum saat harus melepas gadget yang biasa digunakan setiap hari.

Dokter spesialis anak sekaligus CEO Tentang Anak, dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, MPH, mengatakan, proses transisi dari gadget ke mainan fisik seperti board game perlu dilakukan secara bertahap dan penuh kesabaran. 

Baca juga:

“Transisi dari kecanduan gadget ke permainan fisik atau konvensional, harus ada reset week. Pasti ada fase anak akan marah dan tantrum di reset week itu,” ujar Mesty dalam acara Peluncuran Inovasi dari Tentang Anak: Boardgame Jelajahi Laut Dalam yang digelar di BxSea Aquarium, Tangerang Selatan, Sabtu (5/7/2025).

Cara melepas anak dari gadget

Berikan reset week untuk penyesuaian

Dokter Spesialis Anak sekaligus CEO Tentang Anak dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, MPH dalam Peluncuran Inovasi dari Tentang Anak: Board Game Jelajahi Laut Dalam, di Bx Sea Aquarium, Tangerang Selatan, Sabtu (5/7/2025).KOMPAS.com/DEVI PATTRICIA Dokter Spesialis Anak sekaligus CEO Tentang Anak dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, MPH dalam Peluncuran Inovasi dari Tentang Anak: Board Game Jelajahi Laut Dalam, di Bx Sea Aquarium, Tangerang Selatan, Sabtu (5/7/2025).

Salah satu langkah yang disarankan adalah menjalani reset week atau minggu penyesuaian ulang kebiasaannya dalam bermain gadget.

Menurut Mesty, tantrum selama masa transisi adalah hal yang wajar. Orangtua diimbau untuk tetap tenang dan tidak menyerah, meskipun anak menunjukkan reaksi emosional yang kuat. 

Ia menyarankan orangtua tetap konsisten dan mendampingi anak melewati fase sulit ini dengan sikap penuh pengertian.

“Tapi enggak apa-apa, orangtua bertahan dengan pendiriannya. Misalnya minta maaf ke anak karena harus melalui fase transisi ini. Kemudian berikan mainan alternatif, seperti buku atau board game,” jelasnya.

Baca juga:

Jangan paksa anak

Melepas anak dari gadget memang tak mudah. Dokter anak dr. Mesty Ariotedjo bagikan cara menghadapi tantrum saat transisi ke mainan fisik.Shutterstock Melepas anak dari gadget memang tak mudah. Dokter anak dr. Mesty Ariotedjo bagikan cara menghadapi tantrum saat transisi ke mainan fisik.

Jika anak belum tertarik pada mainan alternatif, dokter 36 tahun itu menyarankan agar orangtua tidak memaksakan. 

Setiap anak perlu waktu untuk menyesuaikan diri dan mengelola emosinya sendiri.

“Kalau anak belum mau, enggak apa-apa, jangan dipaksakan. Biarkan dia menangis dan mengelola emosinya. Biasanya tiga sampai empat hari anak baru tertarik coba mainan lain,” jelas Mesty.

Ia juga menekankan pentingnya kedisiplinan dalam menerapkan waktu layar (screen time) anak. 

Terlalu sering bermain gadget, lanjut Mesty, dapat memengaruhi regulasi emosi anak secara negatif.

“Penting untuk disiplin dengan screen time anak karena saya lihat bermain gadget setiap hari bikin emosi anak gampang tersulut,” ujarnya.

Transisi ke permainan konvensional seperti board game tak hanya membantu anak terbebas dari kecanduan gadget, tetapi juga menjadi sarana yang efektif untuk meningkatkan fokus, kemampuan sosial, dan kognitif anak secara keseluruhan.

Baca juga:

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau