Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hei Lelaki, Pahamilah Penyebab dan Gejala Disfungsi Ereksi

Efeknya, tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik tapi juga menimbulkan gangguan psikologis, seperti depresi dan kecemasan kinerja.

Banyak perawatan tersedia untuk mengatasi gangguan ini, baik secara langsung atau dengan mengatasi persoalan kesehatan tertentu yang menjadi pangkal dari gejala itu. 

Dalam kondisi semacam ini, sering dianjurkan untuk memulai penanganan dengan mengatasi masalah yang mendasarinya.

Sebab, hal ini dapat membantu agar terhindar dari masalah yang berpotensi besar untuk berkembang.

Disfungsi ereksi adalah kelainan yang berkembang karena satu atau lebih penyebab di belakangnya.

Salah satu faktor signifikan yang berkontribusi terhadap masalah ini adalah usia.

Lalu, kita pun bisa melihat kecenderungan meningkatnya prevalensi disfungsi ereksi saat mengamati garis keturunan.

Saat memasuki fase andropause, defisiensi hormon testosteron yang beredar di dalam tubuh pun terpengaruh. Hal ini amat lekat terkait dengan faktor usia. 

Andropause adalah kondisi pria usia tengah baya yang mempunyai gejala-gejala dan keluhan yang mirip dengan menopause pada wanita.

Lantas, orang biasanya akan berpikir bahwa kondisi disfungsi ereksi terkait dengan andropause tersebut.

Namun, pada kenyataannya, hanya sejumlah kecil kasus disfungsi ereksi yang disebabkan oleh kekurangan testosteron.

Dalam kebanyakan kasus, kelainan ini disebabkan oleh masalah medis lain.

National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases  melaporkan, banyak penyakit yang mendasar dapat menyebabkan gejala disfungsi ereksi.

Antara lain, penyakit yang mempengaruhi pembuluh darah dan jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, multiple sclerosis, penyakit ginjal, dan penyakit peyronie.

Penyakit peyronie adalah pengembangan jaringan parut fibrosa di dalam penis yang menyebabkan penis melengkung, dan membuat ereksi sangat menyakitkan.

Kemudian, jika penis, prostat, panggul, sumsum tulang belakang, atau pun kandung kemih bermasalah, maka mungkin juga berkontribusi terhadap disfungsi ereksi.

Belum lagi, cedera yang disebabkan oleh pengobatan yang diberikan untuk mengatasi kanker prostat. Hal ini pun mampu mempengaruhi fungsi ereksi.

Selain itu, faktor gaya hidup tertentu juga memegang peranan penting. Penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang, serta penggunaan produk tembakau, kerap dikaitkan dengan gangguan ini.

Juga, tak bisa dilupakan, penyakit jiwa, seperti depresi, dapat mempengaruhi fungsi ereksi pria. Sebab sebenarnya problem disfungsi ereksi memang berawal dari dalam otak.

Gejala dan panik

Ketika seorang pria menyadari bahwa ia tidak dapat mencapai ereksi saat menerima rangsangan seksual, hal itu akan terasa memalukan dan mempengaruhi harga diri.

Sayangnya, umumnya kecenderungan yang terjadi adalah muncul rasa panik, dan pria langsung memikirkan hal yang terburuk.

Padahal, tidak bisa mencapai ereksi yang keras, atau tak bisa mempertahankan ereksi, dalam waktu yang tidak setiap saat, terhitung relatif normal.

Nah, bila masalah terus berlanjut, maka itu kondisi itu barulah harus dianggap sebagai peringatan untuk pemeriksaan. 

Jadi, jika seseorang tidak mampu mencapai ereksi atau mempertahankannya, atau tidak dapat mengalami ereksi hingga sulit melakukan hubungan intim, untuk waktu yang lama, barulah kondisi itu memerlukan atensi.

Sebaliknya, jika pria mengalami gejala ini hanya sekali sebulan atau sesekali dalam beberapa bulan, mungkin kondisi itu hanya karenahari-hari yang penuh tekanan.

Meski begitu, pemeriksaan umum ke dokter tetap merupakan langkah yang tak salah.

https://lifestyle.kompas.com/read/2017/11/30/120000920/hei-lelaki-pahamilah-penyebab-dan-gejala-disfungsi-ereksi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke