Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pernikahan yang Bahagia Membuat Tetap "Langsing", Benarkah?

KOMPAS.com - Sudah lama digelar penelitian yang hendak mengungkap manfaat dari pernikahan bagi kondisi kesehatan seseorang. 

Mulai dari risiko terkena serangan jantung yang lebih rendah, dan -tentu saja, angka harapan hidup yang lebih panjang.

Sayangnya, pasangan yang menikah sebagian besar memiliki masalah dengan berat badan.

Beberapa riset pun telah mendapatkan temuan, menikah memang bisa membuat orang bertambah gemuk.

Bahkan, para peneliti pun mengungkap adanya penambahan berat badan pada pengantin baru yang mengalami kepuasan dalam pernikahannya.

Namun, riset terbaru ini justru membawa "kabar bahagia" bagi kita yang telah menikah.

Disebutkan, seseorang yang mengalami pernikahan yang baik dan mendukung hidupnya, memiliki peluang lebih kecil untuk mengalami pertambahan berat badan, saat mencapai usia paruh baya.

"Riset ini menunjukkan hubungan perkawinan yang bahagia, dikaitkan dengan bobot tubuh yang lebih sehat pada usia paruh baya."

Demikian dikatakan Ying Chen, seorang peneliti di departemen epidemiologi, Harvard T.H. Chan School of Public Health, dalam surat elektronik kepada Time.com.

Dalam e-mail tersebut, Chen mengungkapkan, riset ini menambahkan bukti bahwa hubungan sosial yang positif adalah aset untuk kesehatan.

Disebutkan, riset ini dilakukan dengan meneliti 2.650 orang yang telah menikah atau dalam hubungan asmara jangka panjang.

Penelitian ini menganalisis tingkat dukungan dan tekanan dalam hubungan yang dijalani para responden, termasuk keseluruhan kualitas hubungan yang mereka dijalani.

Disebutkan, kualitas hubungan diukur berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan periset seputar hubungan yang mereka jalani.

Kemudian, periset melacak kenaikan berat badan mereka selama sembilan tahun masa penelitian.

Hasilnya, mereka yang memiliki kualitas hubungan yang baik, sangat kecil kemungkinannya untuk mengalami kenaikan berat badan dari waktu ke waktu.

Setiap peningkatan skala kualitas penikahan, memiliki berat badan 0,34 kilogram lebih rendah selama masa penelitian. Selain itu, mereka juga memiliki risiko obesitas 10 persen lebih rendah.

Sementara itu, mereka yang memiliki dukungan yang baik dalam hubungan, memiliki berat badan 0,7 kilogram lebih rendah untuk setiap kenaikan skala, dan memiliki risiko obesitas 22 persen lebih rendah.

Baca: Ingin Menikah? Perhatikan 3 Tanda Ini...

"Fenomena ini kemungkinan terkait dengan manfaat dukungan sosial yang terdokumentasi dengan baik."

"Hal itu dapat membuat pasangan untuk saling mendorong perilaku sehat dan menghindari kebiasaan buruk," ucap Chen.

Pola ini, memiliki alur yang konsisten di setiap tingkat populasi.

Menariknya, riset ini juga menemukan, tekanan dalam pernikahan tidak begitu berpengaruh dalam penambahan berat badan dengan cara apapun.

"Ada kemungkinan pasangan paruh baya tinggal dalam hubungan perkawinan untuk waktu yang lebih lama, dan mungkin telah mengembangkan strategi efektif untuk mengatasi pengalaman pernikahan yang negatif," kata dia.

Namun Chen menambahkan, kemungkinan lain bisa disebabkan karena riset ini hanya mencakup peserta yang telah menikah, atau dalam hubungan jangka panjang, saat dinilai ketika usia peserta riset mencapai usia paruh baya.

Chen berpendapat, hubungan pernikahan yang menegangkan mungkin telah diakhiri pada kehidupan pernikahan sebelumnya.

Dia lalu menegaskan, pernikahan yang telah berakhir tersebut tidak sesuai untuk dijadikan sebagai sampel dalam riset ini.

Melihat secara khusus pada orang paruh baya juga dapat menjelaskan mengapa penelitian ini menemukan manfaat yang terkait dengan pernikahan yang baik.

Sementara itu, penelitian yang menganalisis pasangan pengantin baru menemukan hubungan antara kepuasan perkawinan dan penambahan berat badan.

Riset yang baru saja diajukan ini menunjukkan, menikah mungkin membuat orang yang berusia lebih muda menjadi "lebih lemah" tentang berat badan mereka.

Sebab, mereka tidak perlu lagi khawatir untuk menemukan pasangan.

Sementara itu, periset berpendapat, mereka yang berusia lanjut, mungkin memiliki nilai yang berbeda, dan memprioritaskan kesehatan di luar konteks penampilan fisik.

Jika melihat pasangan yang tidak menikah namun memiliki komitmen jangka panjang menunjukan hal yang sama, mungkin menikah bukan satu-satunya cara untuk mencapai manfaat itu.

"Riset kami menambah bukti bahwa hubungan sosial positif (bukan hanya hubungan perkawinan, namun integrasi sosial, dan dukungan sosial yang lebih besar pada umumnya) mungkin terkait dengan sejumlah hasil kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik," papar Chen.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/03/14/190000620/pernikahan-yang-bahagia-membuat-tetap-langsing-benarkah-

Terkini Lainnya

Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Wellness
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Wellness
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Wellness
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Wellness
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
Wellness
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Wellness
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Wellness
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Beauty & Grooming
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Parenting
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Wellness
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Wellness
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Parenting
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Beauty & Grooming
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Beauty & Grooming
Cerita Sari, Ibu Mertua yang Menguatkan Langkah Menantunya Jadi Ibu Bekerja
Cerita Sari, Ibu Mertua yang Menguatkan Langkah Menantunya Jadi Ibu Bekerja
Parenting
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com