Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ragam Batik Bercitra Grunge Hingga Klasik di Penutup PIFW 2018

"Kain" menjadi tema khusus hari terakhir PIFW dengan mengangkat kekayaan batik nusantara. Enam koleksi mengangkat tema kain, bagaimana hasilnya?

Mengesankan! Tak hanya model-model busana klasik, namun koleksi busana dengan nafas muda dan kekinian juga ditampilkan di atas runway. Dipadukan dengan musik yang semakin menunjang kemegahan tiap koleksi.

Show pertama mempertunjukkan 20 koleksi kolaborasi Parang Kencana dengan Wilsen Willim. Dengan siluet campuran dan dominasi warna hitam, Wilsen berusaha menunjukkan kebebasan berekspresi lewat koleksi pakaian.

Termasuk dari tema 'grunge' dengan European style yang dipilihnya untuk dipadukan dengan kain batik untuk menegaskan sisi unisex dari koleksi kolaborasinya kali ini.

Paduan itu misalnya dengan memakaikan jas laki-laki kepada model wanita dan sebaliknya, memakaikan jaket wanita kepada model laki-laki.

"Siluetnya basic, karena everyday wear. Aku main di styling dan cutting yang memang mau meng-highlight gaya unisexnya," kata Wilsen.

Show pertama ditutup oleh koleksi 20 busana dari Lekat. Menonjolkan bahan organza dipadukan dengan kain Baduy, koleksi desainer muda Amanda Lestari didominasi warna biru, merah, putih, dan hitam serta dibawakan dengan desain yang playful.

Kesan feminin dan fun menjadi highlight pada koleksi kolaborasi tersebut. Menonjolkan siluet busana berupa dress, jumpsuit, outwear, hingga blouse yang dibuat dengan detail flare hingga a-simetris.

Warna-warna alam yang hangat mendominasi pakaian dalam koleksi tersebut. Seperti hitam, biru, abu, serta jingga.

Penggabungan antara batik tradisional dan gaya millenial menjadi garis utama yang digambarkan dalam koleksi ini.

"Spirit yang mau dibawa adalah spirit garis design Rama Dauhan yang selalu muda, edgy, dengan bahan tradisional Alleira yang lebih berani," ucap desainer Rama Dauhan.

Show dilanjutkan dengan koleksi 20 busana Batik Berkah dari desainer Barli Asmara.

Sementara siluet yang ditonjolkan muli dari rok maxi span, duyung, potong serong, hingga A-line dengan bahan tulle, organza, viscose dan dobby.

Koleksi yang menunjukkan keindahan batik khas Jambi tersebut tampak elegan dengan dominasi warna icy blue, perak dan abu yang mengarah pada tren warna 2018 dan 2019.

Masuk ke show terakhir, penonton disuguhkan koleksi cantik dari Populo Batik yang amat memanjakan mata dengan busana bertema "purity".

Tema yang terinspirasi dari dataran dan pemandangan Kerajaan Tibet, Mustang. Menonjolkan motif-motif pegunungan yang solid, air mengalir, serta alam dan penduduk sekitarnya.

Warna biru nampak amat dominan dalam koleksi ini.

Menghindari ornamen atau detail tambahan yang disematkan pada busana koleksi kolaborasi tersebut, Auguste menegaskan koleksi ini memang fokus untuk mengangkat kekuatan motif klasik Iwan Tirta dan Kraton.

Tampilan koleksi busana menjadi kian elegan dengan model clean cut yang sedikit longgar.

"Kolaborasi ini benar-bensr untuk mengangkat kedua kekuatan itu (Iwan Tirta dan Kraton). Batiknya dan tailoring kami kembali ke esensinya yang paling besar," ujar Auguste.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/03/25/091626420/ragam-batik-bercitra-grunge-hingga-klasik-di-penutup-pifw-2018

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke