Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Anak Berteriak di Depan Umum? Jangan Panik, Terapkan 4 Langkah Ini...

KOMPAS.com - Anak yang menjerit atau berteriak memang menguji kesabaran kita sebagai orangtua.

Apalagi, jika mereka berteriak-teriak atau mengamuk di depan umum. Tentu, semua mata akan mengarah pada kita dengan tatapan seolah menghakimi.

Untuk mengatasianya, banyak orangtua secara reflek menutup mulut anak mereka dengan tangan untuk membuatnya terdiam.

Padahal menurut Dr Wendela Whitcomb Marsh, analis perilaku bersertifikat, menutup mulut anak ketika mereka berteriak justru akan mempersulit pola pengasuhan di kemudian hari.

"Ini mengirimkan pesan sang anak tidak mampu menenangkan diri sendiri dan membutuhkan intervensi orang dewasa," kata Marsh

Selain itu, ini juga menandakan bahwa orang yang lebih besar dan kuat secara fisik boleh memaksakan keinginannya pada orang yang lebih muda dan kecil.

Dan bila ini dianggap pembenaran, maka si kecil kelak akan menganggap pemaksaan atau kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah.

Poin terakhir ini sangat mengerikan. Oleh karena itu, Marsh mendorong orangtua untuk mempertimbangkan konsekuensi dari membungkam mulut anak dengan tangan saat mereka berteriak.

Kebiasaan ini bisa menjadi masalah saat masa prasekolah dan bisa menjadi contoh buruk bagi sang anak, misalnya ia akan melakukan hal yang sama ketika saudaranya yang berusia lebih muda berteriak.

Jadi, membungkam mulut anak dengan tangan saat ia berteriak adalah hal buruk.

Lalu, bagaimana seharusnya orangtua menenangkan anaknya yang berteriak?

Dilansir dari laman Fatherly, berikut empat cara menenangkan anak yang berteriak.

Oleh karena itu, ia menyarakan agar orangtua meninggalkan semua aktivitas yang sedang dilakukannya dan dekati sang anak, beri pelukan, atau ajak berjalan-jalan agar menjadi tenang.

Namun, jika kita sedang dalam situasi di mana ruang gerak terbatas, misalnya dalam pesawat, sentuh sang anak dengan posisi nyaman, berbisiklah di telinga mereka dengan perlahan dan tenang.

Setelah itu, lakukan apapun untuk menghibur mereka. Anak perlu merasa dicintai dan dihibur.

Jangan memarahi atau menghancurkan hatinya. Tak usah pedulikan orang lain.

"Mendengar anak menangis adalah hal biasa. Jadi, tangisan atau teriakan seorang anak tak akan membuat orang lain sangat terganggu," paparnya.

Beberapa orang mungkin berpikir prinsip ini bisa membuat anak menjadi manja.

Namun, ada perbedaan besar antara memanjakan setiap keinginan anak dengan memberinya empati.

Seorang anak yang percaya pada orangtuanya cenderung lebih tenang dalam hal apapun.

Jika orangtua terlanjur menenangkan anaknya dengan cara membungkam mulutnya, hal terbaik yang dapat mereka lakukan, menurut Marsh, adalah mendiskusikan hal itu sesudahnya.

"Ketika semua orang sudah tenang dan waktu berlalu, beri tahu anak jika kita terpaksa membuat mereka tenang dengan membungkam mulutnya jika terlalu berisik," saran Marsh.

Setelah itu, kata Marsh, katakan jika kita sebenarnya tak suka melakukan hal itu.

Katakan juga jika kita lebih suka mencari cara lain jika mereka butuh bantuan untuk menenangkan diri.

Setelah orangtua dan anak mendiskusikan hal tersebut, maka tiba saatnya untuk mempraktikannya.

Semakin sering mempraktikan, maka keakraban orangtua dan anak semakin terjalin erat.

Apapun yang terjadi, orangtua perlu menjalankan perannya dengan tulus dan iklas.

Semua ini demi anak-anak mereka dan demi diri mereka sendiri.

“Sulit memang berada di depan umum dengan anak-anak yang berteriak atau menangis kencang. Banyak orang pasti menilai kita dnegan buruk," kata Marsh.

Menurut Marsh, kita harus mengingat bahwa anak kita sedang berada dalam masalah jika ia sampai berteriak.

Tentu cara pendekatan penuh cinta untuk menyelesaikan masalahnya adalah pilihan terbaik.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/07/26/092817920/anak-berteriak-di-depan-umum-jangan-panik-terapkan-4-langkah-ini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke