Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi: Tidak Semua Anak Agresif adalah Pelaku Bullying

Tetapi, apakah agresi selalu identik dengan bullying? Menurut sebuah penelitian di Universitas di Buffalo tentang anak-anak yang agresif, jawabannya mengejutkan, yaitu tidak.

Agresi vs bullying

Menurut Dr. Jamie Ostrov, penulis utama studi ini dan salah satu anggota panel ahli CDC, perilaku agresif adalah perilaku yang melukai atau membahayakan.

Namun, agresi tidak selalu bersifat fisik. Ada kalanya, anak-anak yang agresif menggunakan kata-kata untuk memanipulasi seseorang atau menyakiti hati seseorang .

Sementara itu, bullying adalah subkategori dari agresi, yang mana melibatkan perilaku agresif berulang. Ini juga ditandai dengan adanya ketidakseimbangan kekuasaan antara pihak-pihak yang terlibat.

WebMD mengungkap teori serupa. Menurut WebMD, bullying sejati membutuhkan lebih dari satu sikap agresi. Pasalnya, bullying memiliki pola menyakiti orang lain dengan sengaja.

Selama dua dekade terakhir, pelaku bullying lebih mengandalkan kata-kata yang dapat menyakiti hati; mereka bahkan bisa melakukannya dari jarak jauh.

Bahkan, survei 2011 menunjukkan hampir 20% siswa sekolah menengah pernah mengalami beberapa bentuk cyberbullying, baik melalui teks ataupun melalui media elektronik lainnya.

Penyebab mendasar

Menurut Psychology Today, berikut ini adalah beberapa faktor di rumah yang dapat meningkatkan kemungkinan seorang anak menjadi pembuli:

- Kurangnya kasih sayang dari orangtua
- Pendekatan kekerasan untuk menyelesaikan konflik
- Kekerasan dalam rumah tangga, termasuk fisik dan emosional
- Tindakan disipliner yang keras, yang mana termasuk penolakan, sumpah serapah, atau hukuman fisik

Namun, Dr. Janyne A. McConnaughey, yang memegang gelar Ph.D. dengan penekanan pada anak usia dini, memperingatkan orang-orang agar tidak percaya bahwa semua anak yang pernah dilecehkan dan diperlakukan tidak baik akan bersikap agresif. Beberapa bahkan mungkin tidak menjadi agresif sama sekali.

“Seringkali anak-anak yang memiliki pengalaman masa kanak-kanak yang sulit dari ketidakberdayaan menggunakan perilaku khas anak kecil, pada kenyataannya, mungkin mengandalkan pengalaman-pengalaman sebelumnya,” katanya.

Sementara anak-anak bereaksi berbeda terhadap penganiayaan, reaksi itu tidak selalu merupakan keputusan yang disadari.

McConnaughey mengatakan, bahwa perilaku mereka didasarkan pada kebutuhan masa kecil untuk menyelamatkan diri dan koneksi, dan tidak mungkin menjadi perilaku pilihan."


Solusi potensial

Tidak ada orangtua yang ingin menganggap diri mereka sebagai penyebab agresi atau penyebab kecenderungan membuli pada anak-anak mereka.

Meski begitu, anak-anak yang paling tidak mungkin menganiaya teman sebaya mereka adalah anak-anak yang dibesarkan oleh orangtua yang mengajarkan, bahwa menjadi orang baik adalah nilai terbaik yang harus dicapai.

Psikolog dan pendidik juga telah menemukan cara untuk memengaruhi perubahan perilaku pada mantan pembuli.

Kadang-kadang semua anak membutuhkan telinga untuk mendengarkan: seseorang yang akan bertanya apa yang terjadi dalam hidup mereka, alih-alih orang dewasa yang langsung memberi tanggapan dengan hukuman.

Seorang kepala sekolah menerapkan praktik dasar ini di sekolah menengahnya, dan melihat pengurangan 46% jumlah anak yang dikirim ke kantornya. Nilai anak-anak juga meningkat dan ada peningkatan ketahanan sebesar 70%.

Meski agresi tidak sama dengan bullying, kecenderungan agresifnya sendiri dapat menjadi berbahaya bagi orang lain dan dirinya sendiri. Berita baiknya adalah, dengan mengambil pendekatan yang penuh belas kasih, banyak anak yang bisa pulih.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/07/23/173233920/studi-tidak-semua-anak-agresif-adalah-pelaku-bullying

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke