Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Cita Rasa Cokelat Specialty dari 5 Daerah di Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Istilah "specialty" mungkin lebih kita kenal dan lebih sering kita dengar untuk kopi. Tapi, tahukah kamu bahwa istilah ini juga berlaku pada cokelat?

Salah satu pihak yang ingin mengenalkan cokelat-cokelat specialty dari daerah-daerah di Indonesia adalah Pipiltin Cocoa.

Saat ini, Pipiltin memiliki lima varian cokelat specialty dari Indonesia, yaitu Bali, Aceh, Flores, Jawa Timur, dan Ransiki (Papua Barat) yang baru saja diluncurkan.

"Pipiltin memang mau memperkenalkan single origin chocolate di Indonesia. Jadi kami mencari sumber-sumber yang punya rasa unik," kata pendiri Pipiltin Cocoa, Tissa Aunilla di Alun-Alun Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (22/8/2019).

Nah, seperti apa sih perbedaan cita rasa cokelat specialty tersebut?

  • Bali: biji cokelat dari Bali memiliki karakter rasa yang kebuah-buahan alias fruity, serta sedikit asam karena memiliki rasa seperti buah-buahan berry.
  • Aceh: cita rasa biji cokelat dari Aceh cenderung memiliki rasa kacang-kacangan yang kuat.
  • Flores: biji cokelat dari Flores memiliki rasa yang sangat "chocolaty" dan rasa rempah-rempah yang kuat. Maka untuk menyeimbangkan rasa rempah tersebut, Pipiltin menambahkan campuran gula kelapa pada varian cokelat Floresnya sehingga rasanya lebih seimbang.
  • Jawa Timur: biji cokelat dari Jawa Timur cenderung memiliki cita rasa yang manis seperti kismis dan madu.
  • Ransiki (Papua Barat): memiliki cita rasa nutty, earthy dan creamy. Karena terasa sangat creamy seolah mengandung susu di dalamnya, Pipiltin sama sekali tidak menambahkan susu untuk varian cokelat Ransiki.

Masih banyak daerah potensial

Indonesia sebagai negara yang pernah menempati posisi ketiga produsen cokelat terbesar di dunia tentunya memiliki wilayah-wilayah penghasil cokelat yang sangat banyak.

Namun, kata Tissa, saat ini Indonesia turun ke peringkat enam karena para petani cokelat merasa tidak mendapatkan harga yang layak dari menjual biji cokelat mereka.

Pipiltin pun ke depannya masih akan mengeksplorasi cokelat dari daerah lainnya di Indonesia.

"Sulawesi terbesar by volume, Kalimantan. Kami juga ada rencana ambil (biji cokelat) dari Berau, Pariaman juga," ucap Tissa.

Ia menambahkan, tanaman cokelat sebetulnya lebih mudah ditemukan karena ditanam di datatan rendah. Tidak seperti tanaman kopi yang harus ditanam di dataran tinggi.

"Kalau tanaman cokelat di bawah kopi. Jadi kalau kita jalan-jalan mungkin suka ketemu pohon cokelat tapi kita mungkin enggak tahu saja," tuturnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/08/23/075025320/mengenal-cita-rasa-cokelat-specialty-dari-5-daerah-di-indonesia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com