KOMPAS.com – Orangtua anak berkebutuhan khusus wajib membekali dirinya dengan pengetahuan tentang gangguan tumbuh kembang yang dimiliki buah hatinya. Dengan pemahaman itu, penanganan anak menjadi tepat sehingga bisa mencapai potensi maksimalnya.
Anindhita (20) didiagnosis autisme sebelum usia dua tahun. Dengan intervensi dini yang dilakukan orangtuanya, kini Andindhita sudah duduk di bangku kuliah jurusan desain komunikasi visual di Universitas Trilogi Jakarta.
Sang ibu, Sophia, bercerita sudah curiga dengan tumbuh kembang Anindhita, sejak usia setahun.
“Saya mulai mengetahui ada yang berbeda dari Nindhita ketika ia ulang tahun pertama. Saya langsung membawanya periksa ke dokter dan akhirnya mendapat diagnosis autisme,” kata Sophia ketika berbincang dengan Kompas Lifesytle di sela acara Peringatan Hari Anak di Jakarta (20/11).
Anindhita pun menjalani berbagai terapi, terutama terapi bicara dan terapi lain untuk membantunya berkomunikasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Selama 10 tahun ia rutin terapi di Yayasan Mandiga atas saran Prof.Hardiono D Pusponegoro Sp.A.
“Selain terapi ia juga bersekolah di playgroup dan TK yang merupakan sekolah inklusi. Demikian juga dengan sekolah SD sampai SMP. Di sekolahnya ada shadow teacher untuk membantunya,” kata Sophia.
Namun, semakin bertambahnya usia dan kemampuan Nindhita, kehadiran guru tambahan itu tak selalu diperlukan.
Sophia mengatakan, kini kemampuan komunikasi Nindhita terus berkembang dan bisa mengikuti pelajaran, walau tidak bisa disamakan dengan temannya yang tak punya gangguan tumbuh kembang.
Sophia juga mengamati hobi anaknya menggambar, walau kecenderungannya adalah menggambar monster.
“Gambarnya cukup aneh. Misalnya kakinya ayam, badannya kambing, tapi mukanya ikan. Saya kira itu hanya sekadar corat-coret saja,” ujarnya.
Untuk menyalurkan energi Nindhita yang besar karena susah diam, Sophia juga mengikutkan anaknya pada les wushu dan les drum. Namun, tidak banyak perkembangan pada dua bidang itu.
Sophia akhirnya menyadari bahwa putrinya itu memang lebih suka menggambar. Hobinya itu lalu terus dikembangkan dengan mengikuti terapi seni.
“Saya tidak membandingkan anak saya dengan anak yang lain. Saya selalu yakin ia pasti punya kelebihan dan saya berusaha mencarinya, sampai akhirnya ketemu dan terus mendukungnya,” katanya.
Kini Nindhita sudah bisa menghasilkan uang lewat penjualan karyanya dalam bentuk totebag, notebook, dan barang merchandise lain yang dijual melalui akun Instagram @cutemonster_id.
(Devi Ari Rahmadhani)
https://lifestyle.kompas.com/read/2019/11/21/123720920/jeli-menemukan-dan-mengembangkan-bakat-anak-autisme
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan