Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sepatu Standrich, Wujud Mimpi Pelayan Restoran untuk "Berdiri-Kaya"...

Saat itu, ia lulus SMA dari MA Al-Muddarsiriyah, dan tidak bisa melanjutkan kuliah karena keterbatasan dana.

“Ayah saya sopir truk. Dari dulu, saya dan keluarga saya tinggal di rumah kontrakan. Saya tidak bisa kuliah karena tidak ada biaya.”

Begitu kata Bagus kepada Kompas.com dalam perbincangan di Bandung, belum lama ini.

Dalam angannya, ia ingin sekali berbisnis, sejalan dengan dengan passion menggambarnya.

Lelaki kelahiran Bekasi, 1 Februari 1994 ini mengaku, sejak kecil ia sudah jatuh cinta pada gambar. Salah satunya menggambar Pokemon.

Kemudian di bangku SMP mulai suka menggambar karakter orang. “Di keluarga tidak ada yang suka gambar. Saya belajar otodidak,” cetus dia.

Namun masalah dana kembali membuatnya berkata, “itu tidak mungkin”.

AKibat keterbatasan itu, Bagus pun mencari pekerjaaan ke sana kemari. Hingga akhirnya, dia diterima sebagai pelayan di sebuah restoran.

Di tengah kesibukannya bekerja, ia tetap memupuk impian untuk membuat bisnis. Hingga tahun 2014 ia membuat merk Standrich untuk produk apparel-nya.

“Standrich berarti berdiri kaya. Mudah-mudahan ke depan, brand ini menjadi besar dan eksklusif,” tutur Bagus.

Memasuki 2016, ia kewalahan. Ia memutuskan berhenti mengurusi Standrich dan fokus pada pekerjaannya.

Hingga di 2018 ia jengah dan merasa sudah saatnya mewujudkan mimpi. Namun kali ini, tidak untuk mengurusi apparel, melainkan sepatu.

Ia memilih sepatu karena sejak 2016, sepatu brand lokal sedang moncer di Indonesia. Bahkan di tahun 2018, kejayaan sepatu-sepatu lokal, menjadi "semakin menggila".

Dengan modal Rp 500.000, ia membuat desain dan mencari bengkel sepatu.

Ternyata, mencari perajin sepatu yang bisa menerjemahkan semua idenya pun tidak mudah.

Baru pada Juni 2018 dengan sistem PO (pre-order), ia mengeluarkan artikel pertama Standrich yang diberi nama “Siji” atau satu dalam bahasa Jawa.

Kurang dari satu bulan, 30 pasang artikel siji habis terjual.

Bagus kemudian memproduksi kembali dan membuat artikel lainnya. Hingga kini, Standrich memiliki 10 artikel dengan pemesanan per bulan mencapai 100 pasang.

Pemesannya tidak terpatok di tempat ia tinggal. Tapi juga di berbagai daerah di Indonesia. Sistem penjualan secara online mempermudah pemasaran sepatunya.

Bahkan, dia bisa membantu biaya kuliah adiknya di salah satu perguruan tinggi di Semarang.

“Sekarang saya sudah tidak tertarik kuliah. Dari dulu pun inginnya menyalurkan passion seni (gambar) saya,” kata lulusan SMPN 52 Jakarta ini.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/02/07/075052620/sepatu-standrich-wujud-mimpi-pelayan-restoran-untuk-berdiri-kaya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke