Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Waspadai, Dampak Alergi Susu Sapi pada Anak Jika Tak Segera Diatasi

KOMPAS.com - Alergi susu sapi merupakan salah satu jenis alergi yang paling banyak dialami anak.

Berdasarkan Rekomendasi Tata Laksana Alergi Susu Sapi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2014, angka anak yang memiliki alergi susu sapi di Indonesia mencapai 7,5 persen.

Menjadi jenis alergi paling umum terjadi, setelah alergi telur pada anak.

Konsultan Alergi dan Imunologi Anak, Prof. DR. Budi Setiabudiawan, dr., SpA(k), M.Kes menjelaskan, alergi sendiri merupakan respons sistem imun yang tidak normal atau berlebih dalam mengenali bahan yang sebenarnya tidak berbahaya bagi orang lain.

Pemicu alergi atau alergen untuk anak yang mengalami alergi susu sapi adalah kasein dan whey, protein yang ada di dalam susu sapi.

Jika anak sudah terdiagnosa alergi terhadap susu sapi, maka kondisi tersebut harus segera diatasi.

"Jika tidak akan menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan, tidak hanya terjadi pada si kecil tetapi juga pada keluarga dan masyarakat."

Hal itu diungkapkan oleh Prof. Budi dalam webinar "Pekan Tanggap Alergi Generasi Maju: Tanggap Alergi di Masa Pandemi untuk Generasi Maju" bersama SGM Eksplor Advance+ Soya, Senin (29/6/2020).

Beberapa dampak jangka panjang yang dapat terjadi jika alergi susu sapi pada anak tidak segera diatasi, antara lain:

1. Dampak kesehatan

Alergi susu sapi yang tidak segera diatasi bisa meningkatkan risiko penyakit degeneratif, seperti obesitas, tekanan darah tinggi dan sakit jantung.

2. Gangguan tumbuh kembang

Anak dengan alergi dapat mengalami keterlambatan pertumbuhan, karena berhubungan dengan jenis dan durasi pantang makanan.

Tata laksana yang terlambat dapat mengganggu tumbuh kembang anak.

"Jika segera mendiagnosa dan melakukan tata laksana yang lengkap dan optimal, anak dengan alergi susu sapi tetap dapat tumbuh kembang dengan optimal," ujar Prof. Budi.

3. Dampak ekonomi

Alergi pada anak yang tidak segera diatasi juga bisa berdampak pada ekonomi, terutama ekonomi keluarga. Menurut Prof. Budi, orangtua jadi perlu mengeluarkan biaya pemeriksaan dan pengobatan yang lebih besar.

Jika alergi sudah berat, biaya perawatan juga akan lebih besar terutama ketika anak sering dirawat.


4. Dampak psikokogis

Alergi yang tak segera diatasi bisa memicu dampak psikologis pada anak, seperti stres. Stres tidak hanya dialami oleh anak tetapi juga orangtua.

Selain stres karena memikirkan kondisi keuangan, orangtua juga rawan mengalami stres karena memikirkan tumbuh kembang anak yang tidak optimal.

Untuk mencegah jangan sampai terjadi dampak-dampak yang tidak diinginkan, Prof. Budi menyarankan agar orangtua mampu mengenali gejala alergi susu sapi sedini mungkin dan mengonsultasikannya dengan dokter.

Hindari mendiagnosa, mengobati atau mengambil tindakan sendiri.

"Sebab akibatnya diagnosa akan terlambat sehingga penanganan tidak sesegera mungkin dan optimal," kata dia.

Lalu, bagaimana mengenali gejala alergi susu sapi pada anak?

Senior Brand Manager SGM Eksplor Advance+ Soya, Anggi Morika Septie mengajak para ibu untuk Tanggap Alergi dengan gerakan "3K", yakni kenali gejalanya, konsultasikan ke dokter, dan kendalikan faktor penyebab alergi yang dialami anak.

Jika dokter sudah memastikan anak mengalami alergi susu sapi, orangtua akan diminta untuk menjauhkan anak dari konsumsi makanan atau nutrisi yang mengandung susu sapi dan turunannya serta mencari nutrisi penggantinya.

Seperti memberikan nutrisi lewat ASI -ibu juga perlu menghindari produk dengan protein susu sapi, atau memberikan anak susu formula asam amino atau soya (kedelai).

"Kami berharap kesehatan anak-anak Indonesia, khususnya anak dengan alergi susu sapi, dapat menjadi perhatian agar tetap terjaga sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal," ungkap Anggi.

Aktris Natasha Rizky adalah salah satu ibu yang menerapkan gerakan 3K ketika menghadapi anak yang mengalami alergi susu sapi.

Ia dan sang suami, presenter Desta, sempat khawatir melihat putri keduanya yang menunjukkan gejala alergi seperti timbul bintik merah, baruk-batuk, dan bersin-bersin yang membuatnya menjadi rewel.

Namun, setelah mendapatkan penanganan yang tepat, putrinya kini sudah bisa beraktivitas seperti anak lainnya.

"Dulu aku melihatnya kasihan, kelihatan dia tidak nyaman banget. Sekarang dia sudah bisa beraktivitas, mulai nyaman, belajar, dan bermain dengan nyaman seperti anak lainnya," ungkap Natasha.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/06/30/130414320/waspadai-dampak-alergi-susu-sapi-pada-anak-jika-tak-segera-diatasi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com