Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

3 Sepeda "Jiplakan" Brompton Juga Laku Keras di Indonesia, Apa Saja?

Setidaknya, pengalaman itu yang terjadi sejak beberapa waktu lalu pada beberapa pabrik sepeda besar yang mencoba meniru model Brompton.

Sebutlah, pabrikan lokal Element yang membuat varian Pikes sejak tahun 2019. Dalam waktu dekat Element akan meluncurkan Pikes gen 2, setelah sebelumnya sukses dengan Pikes gen 1.

Bila diamati dari berbagai tayangan, baik video maupun foto di media sosial, bentuk Pikes gen 2 sekilas bisa disebut "Brompton banget".

Tak tanggung-tanggung, bukan hanya model, tapi pilihan kombinasi warna pun meniru varian yang ada di Brompton.

Sebutlah Brompton Explore yang sempat heboh dalam kasus penyelundupan di pesawat Garuda pada akhir tahun 2019 lalu.

Sepeda itu adalah produk "limited edition" yang hanya diproduksi sebanyak 2.000 buah di seluruh dunia.

Harga "wajar'-nya saat masuk ke pasar Indonesia di masa itu mencapai Rp 50 jutaan.

Kini, di saat harga Brompton melambung, sepeda Brompton Explore "bekas" pun ada yang ditawarkan seharga Rp 80 jutaan.

Nah, desain sepeda eksklusif itu pula yang nampaknya dijiplak "habis" oleh Element dengan Pikes gen 2.

Begitu pula dengan seri kolaborasi Brompton x David Millar dalam seri CHPT yang didominasi warna hitam dan merah.

Kombinasi dalam nuansa serupa terlihat dalam pilihan warna sepeda Pikes gen 2.

Di jejaring media sosial sempat terjadi kegaduhan karena janji Element untuk meluncurkan seri Pikes gen 2 harus diundur.

Melalui akun Instagram @elementbikeid, pihak Element harus mengeluarkan pengumuman dan membantah hoax yang beredar di masyarakat.

"Sobat gowes-sobat gowes, mohon perhatiannya ya. Ini benar-benar di luar kendali kami, bukan kami memberi janji palsu, tapi apa daya yang dapat kami lakukan sekarang hanya memohon pengertiannya dari sobat gowes yang sangat menantikan kehadiran Pikes Gen 2."

"Jadi begini ceritanya. Kenapa sih Pikes gen 2 diundur release-nya?"

"Karena salah satu part yang digunakan pada Pikes gen 2 (hub internal) mengalami keterlambatan, atau bisa dibilang tertunda dalam pengirimannya."

"Sehingga kami mengumumkan kehadiran Pikes Gen 2 harus mundur sampai pertengahan bulan Juli 2020."

"Mohon maaf sekali berita ini harus kami sampaikan dengan berat hati," begitu bunyi pernyataan pihak Element.

Unggahan itu pun mendapat reaksi beragam dari warganet, yang umumnya menyayangkan keterlambatan tersebut, dan meminta jaminan pasokan stok yang mencukupi.

Setidaknya hal itu bisa menjadi gambaran, betapa sepeda tersebut sungguh menarik minat konsumen Indonesia.

Sepeda ini diproduksi di Shenzhen, China dan juga di Korea. Disebutkan dalam situs 3Sixty.kr perusahaan ini didirikan pada tahun 2012.

3Sixty disebut berusaha mendekati pelanggan dengan harga sepeda yang terjangkau, sambil tetap menjaga kualitas.

Produk 3Sixty masuk ke Indonesia dalam rentang harga yang tak juga murah. Varian sepeda ini dijual di sekitar harga Rp 10 jutaan, bahkan lebih.

Secara bentuk, sepeda ini amat mirip dengan Brompton.

Bahkan para penikmatnya di Indonesia, tak segan mencabut label merek 3Sixty dan lalu memparodikannya dengan stiker berbunyi "Brompnot" -dengan gaya font yang sama dengan Brompton.

Tak hanya itu, banyak pula pengguna yang rela merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkan suku cadang Brompton asli yang lalu dipasangkan di rangka 3Sixty ini.

Jika sudah begitu, beberapa dari pemilik ada yang tak ragu menempelkan stiker Brompton pada posisi yang sama di rangka sepeda.

Bagi mata awam, sepeda itu mungkin terhitung sulit dibedakan dengan Brompton asli.

Namun satu perbedaan kecil yang bisa dilihat secara kasat mata adalah, adanya lekuk pada batang triangle bawah, di sekitar rantai belakang.

Brompton asli tak memiliki lekuk tersebut.

Penjualan 3Sixty pun terbilang amat sukses. Buktinya, sistem pre-order yang biasa dibuka oleh banyak pedagang di media sosial, hampir selalu disambut oleh konsumen.

Komunitas penggemarnya pun mudah ditemukan di Tanah Air. Stok sepeda ini juga tergolong sulit didapat, persis seperti yang terjadi pada Brompton.

Sepeda itu dibuat dengan "membelah" sepeda Brompton asli, untuk mendapatkan pola demi bisa membuat prototipe pertamanya.

Kini, antrean inden pun sudah mencapai bulan Juni 2022. Ya, tahun 2022.

Rupanya banyak orang rela membayar 50 persen dari harga frame set yang dibanderol Rp 3,5 juta itu, untuk jangka waktu lebih dari setahun.  Luar biasa bukan?

Meledaknya jumlah pesanan sepeda yang diproduksi juga secara handmade ini, memaksa Kreuz menambah jumlah pegawai.

“Saat mulai, jumlah UMKM yang terserap 30an orang. Sekarang total 172 orang,” ujar salah satu pemilik Kreuz, Jujun Junaedi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (30/6/2020).

Pelaku UMKM ini tersebar di beberapa kota seperti Bandung, Garut, dan sejumlah orang di Jawa Timur.

Jumlah ini bisa bertambah seiring dengan imbas penjualan sepeda Kreuz terhadap produk lainnya, seperti tas, kaus, dan souvenir.

Penambahan jumlah pegawai ini diharapkan mampu meningkatkan target produksi sepeda Kreuz. Dari semula 10 unit per bulan menjadi 15-25 unit per bulan.

Jelas terlihat betapa pesona sepeda Brompton membuat banyak orang terbius.

Entah pilihan jatuh pada Pikes dari Element, 3Sixty, atau sepeda handmade Kreuz dari Bandung, yang pasti semuanya terlihat seperti kreasi Andrew Ritchie.

Sulit dibantah, sebab sepeda pertama Brompton sudah dirancang sejak akhir dekade 70an, jauh sebelum ketiga merek itu lahir.

Jadi -diakui atau tidak, banyak pembeli yang rela membayar -dan bahkan menunggu lama demi mendapatkan sepeda yang terlihat seperti Brompton.  Ya, Brompton wanna be...

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/07/01/073000520/3-sepeda-jiplakan-brompton-juga-laku-keras-di-indonesia-apa-saja

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke