Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perhatikan Hal Berikut Sebelum "Touring" Sepeda Saat Pandemi

KOMPAS.com - Banyak menghabiskan waktu di rumah selama masa pandemi memang menimbulkan kejenuhan pada sebagian orang. Bersepeda bisa menjadi salah satu solusi untuk menghilangkan penat.

Beberapa orang bahkan mungkin sudah merencanakan touring di akhir pekan ke tempat-tempat menarik di luar kota.

Namun, sebelum berangkat tur sepeda, ada beberapa hal yang perlu Anda persiapkan.

"Kalau memang touring akhirnya ingin dilakukan, memang ada prasyarat cukup ketat yang harus dituruti," kata Pendiri Jelajah Lintas Nusa (JLN), Nugroho F Yudho dalam zoominar bertajuk "JLN Ngobrol Bike: Touring Sepeda di Era New Normal, Amankah? Protokol Pencegahan Covid-19 saat Bersepeda", Minggu (26/7/2020).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Pergi sendiri atau kelompok kecil

Disarankan untuk bersepeda solo atau pergi dalam kelompok kecil, maksimal lima orang.

Dalam kesempatan yang sama, Pendiri Bianglala Tour sekaligus pesepeda tur solo dunia, dr. Aristi Madjid mengatakan, hal itu untuk mempermudah kita menjaga jarak antar pesepeda.

"Tapi, jangan juga gowes solo atau 2-3 orang tapi tujuannya ke car free day yang ramai orang," katanya.

Sementara itu, Nugroho menyarankan agar peserta tur adalah teman sendiri atau sudah saling mengenal demi mempermudah koordinasi sepanjang perjalanan.

2. Perhatikan rute

Hindari area yang ramai dan zona merah Covid-19. Nugroho mencontohkan touring terakhir yang dilakukannya melalui Pamanukan (0 kasus), Cirebon (25 kasus dan sembuh setengahnya) dan Purwokerto (84 kasus dan sembuh di atas 65 kasus).

"Jadi kami masuk daerah yang cenderung aman. Jika bisa begitu, touring kami bahkan lebih aman daripada bersepeda di Jakarta yang risikonya mungkin bisa lebih tinggi," kata Nugroho.

Di samping itu, ia juga menganjutkan untuk berada di ruang terbuka sebanyak mungkin.

3. Membawa perlengkapan

Pastikan sepeda dalam keadaan prima sebelum berangkat tur. Selain perlengkapan standar Nugroho menekankan pentingnya membawa beberapa perlengkapan tambahan untuk menjaga kesehatan.

Pertama, masker. Beberapa pesepeda gemar mengenakan penutup wajah mirip buff untuk bersepeda. Namun, ia menyarankan untuk membawa masker cadangan. Mengenai jenus masker, Aristi menganjuran penggunaan masker kain dengan 2 atau 3 ply untuk lebih mempermudah napas.

Sementara jika mengenakan masker scuba, Aristi menyarankan untuk melapisinya kembali dengan filter. Sementara masker beda tidak direkomendasikan saat bersepeda.

"Tidak direkomendasikan masker bedah karena tingkat filtrasi lebih aman tapi oksigen yang masuk lebih sedikit. Masker medis boleh dipakai saat berhenti atau masuk minimarket," ujarnya.

Selain masker, Nugroho juga menyarankan membawa hand sanitizer dan disinfektan. Dianjurkan membawa disinfektan jenis spray, dan bukan aerosol. Disinfektan digunakan untuk beberapa kali kesempatan, seperti saat berhenti untuk makan.

Selain itu, ia juga menganjurkan membawa obat-obatan dan termometer digital setidaknya satu dalam kelompok atau lebih baik jika setiap orang membawa masing-masing.

"Itu akan membuat touring lebih nyaman dan percayalah di dalam perjalanan kita "nembak" orang itu enggak membuat orang marah, semua paham karena kondisinya memang begini," tuturnya.

4. Menyiapkan SOP lengkap

Ketika memutuskan untuk tur, Nugroho mengingatkan agar kita memberlakukan prosedur operasi standar (SOP) di setiap tempat. Mulai dari mengatur jarak antar-pesepeda, perilaku ketika memasuki kawasan kerumunan, ketika masuk ke rumah makan, mini market, hingga hotel tempat menginap.

Pastikan kita tetap menerapkan protokol Covid-19 secara ketat di setiap tempat yang kita kunjungi.

Di rumah makan, misalnya, jangan lupa menyemprotkan disinfektan ke seluruh permukaan yang akan disentuh. Misalnya, perlengkapan bersepeda, meja makan, bahkan menyemprotkan alkohol ke peralatan makan jika perlu.

"Intinya kita harus punya SOP untuk seluruh kegiatan kita selama touring," ungkapnya.

5. Melakukan rapid atau swab test

Sebagai bagian dari rencana perjalanan, Nugroho meminta rekan-rekannya yang berpartisipasi untuk menyerahkan hasil rapid test H-1 perjalanan agar semua yakin teman seperjalanannya bebas dari ancaman Covid-19.

Jika ada salah seorang yang dinyatakan reaktif atau positif Covid-19, orang tersebut dianjurkan tidak berangkat.

Aristi menambahkan, selain rapid test pesepeda juga bisa memilih melakukan swab PCR terlebih dahulu.

Meski begitu, ia tetap menekankan pentingnya agar kita mengetahui lama masa inkubasi Covid-19 yang berkisar antara empat hari hingga dua minggu.

"Pas rapid hasil non-reaktif tapi saat touring sudah masuk masa inkubasi, dia bisa menjadi OTG dalam perjalanan. Pada saat dia jadi OTG dia ada dalam rombongan touring."

"Itu baru satu orang dan itu bisa kejadian di beberapa orang mengingat OTG sangat banyak. Gejala tidak akan muncul walaupun virus ada di dalam tubuh," ujarnya.

Aristi secara pribadi tidak menyarankan terlalu banyak aktivitas di luar rumah jika memang tidak terlalu perlu.

"Jadi di saat sekarang, kalau saya masih terus menekankan sebisa mungkin tetap di rumah jika tidak terlalu penting untuk keluar," kata Aristi.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/07/27/145226320/perhatikan-hal-berikut-sebelum-touring-sepeda-saat-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke