Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pandemi Covid-19, Ketidakpastian, dan Kesehatan Mental

TAHUN sudah berganti memasuki tahun 2021, namun pandemi Covid-19 belum kunjung berakhir di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.

Dalam situasi pandemi ini, selain adanya ancaman virus Covid-19 terhadap kondisi kesehatan fisik, adanya ancaman terhadap kondisi kesehatan mental juga menjadi isu yang tidak kalah penting untuk diperhatikan.

Jika melihat kembali ke awal kemunculan kasus pertama Covid-19 di Indonesia pada bulan Maret 2020, sejak saat itu, berbagai kabar dan kebijakan terkait situasi pandemi datang silih berganti.

Perubahan dalam tatanan kehidupan setiap orang pun menjadi tidak terelakkan. Hal ini dapat mendatangkan tekanan psikologis, yang jika tidak dikelola dengan baik, berpotensi mengancam kesehatan mental.

Sebetulnya, setiap orang pasti merasakan tekanan psikologis dalam kehidupan sehari-hari; sesuatu yang biasa kita sebut sebagai ‘stres’.

Tekanan ini bisa datang dari mana saja, misalnya dari pekerjaan, relasi dengan orang lain, dan aspek kehidupan lainnya. Namun, tekanan yang ditimbulkan oleh situasi pandemi Covid-19 bisa jadi terasa lebih berat dari yang biasanya kita alami terkait kegiatan dan tanggung jawab sehari-hari.

Unsur ketidakpastian

Banyak hal yang membuat tekanan dari pandemi Covid-19 ini terasa lebih berat dan menantang untuk dihadapi, salah satunya adalah unsur ketidakpastian yang menyertainya.

Sejak awal kemunculannya, tidak ada kepastian mengenai kapan pandemi ini akan berakhir, dan ini berimplikasi pada ketidakpastian di hampir semua area kehidupan kita, mulai dari pekerjaan, pendidikan, relasi sosial, dan lainnya.

Ketidakpastian biasanya menimbulkan perasaan tidak nyaman, sehingga kita cenderung ingin menghindarinya. Selain itu, perlu diakui bahwa tidak semua orang dapat menghadapi ketidakpastian dengan sama baiknya, termasuk pada situasi pandemi.

Penelitian yang dilakukan dalam konteks pandemi tahun 2020 oleh Hannah Rettie dan Jo Daniels, dan dipublikasikan dalam jurnal American Psychologist, menyebut bahwa orang-orang yang kurang toleran terhadap ketidakpastian cenderung lebih mudah merasa tertekan secara psikologis, terutama jika memiliki coping (pendekatan menghadapi tekanan psikologis) yang kurang adaptif.

 Contoh dari coping yang kurang adaptif adalah terus-menerus berusaha melarikan diri dari masalah atau situasi yang tidak menyenangkan.

Hasil penelitian ini memberikan informasi yang sangat berharga bahwa meningkatkan toleransi atas ketidakpastian, dibarengi dengan melakukan coping yang adaptif dapat membantu pengelolaan kesehatan mental selama pandemi Covid-19.

Ketidakpastian adalah kondisi yang tidak bisa dihindarkan dan hadir satu paket dengan pandemi.

 Walaupun tidak terhindarkan, kita dapat belajar meningkatkan toleransi kita terhadap ketidakpastian tersebut. Kita dapat mulai dengan memisahkan hal-hal yang dapat kita kendalikan dan tidak dapat kita kendalikan.

Dengan demikian, energi yang kita miliki dapat lebih difokuskan untuk hal-hal yang dapat kita kendalikan, dan tidak digunakan untuk memikirkan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.

Dari sini, perlahan-lahan kita dapat belajar berdamai dengan ketidakpastian dan lebih dapat menerimanya sebagai bagian dari situasi hidup kita selama pandemi Covid-19.

Rasa menerima ini akan membantu kita menjalani hari demi hari dengan lebih ringan, dan mendukung terjaganya kesehatan mental kita.

Lebih lanjut, pemilihan strategi coping yang adaptif dapat semakin mendukung upaya kita berdamai dengan ketidakpastian.

 Coping yang adaptif ini misalnya berupa mencari cara yang efektif untuk memecahkan masalah yang menjadi sumber tekanan psikologis, melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda untuk mendapatkan perspektif yang lebih baik, hingga mengelola reaksi emosional saat menghadapi masalah.

Berlatih melakukan coping yang adaptif akan bermanfaat membantu kita menghadapi berbagai masalah dan tantangan di tengah pandemi.

Mengelola kesehatan mental dalam situasi pandemi saat ini memang mentantang dan tidak mudah, namun tetap dapat kita upayakan. Dengan memahami hal-hal yang dapat menimbulkan tekanan psikologis dalam diri kita serta memahami cara-cara yang adaptif untuk menghadapinya, kita dapat merumuskan strategi yang paling sesuai untuk menjaga kesehatan mental.

Dr.Retha Arjadi, M.Psi

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/01/16/091927320/pandemi-covid-19-ketidakpastian-dan-kesehatan-mental

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com