BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan KFC
Salin Artikel

Batasi Berbuka Puasa dengan Gorengan, Lemaknya Tinggi

KOMPAS.com - Bagi kebanyakan orang, tak lengkap rasanya berbuka puasa tanpa sajian gorengan. Bakwan, tahu isi, hingga risoles, menjadi favorit banyak orang untuk dicari saat berbuka.

Sayangnya, gorengan ini mengandung kadar lemak yang tinggi dan berpotensi menimbulkan berbagai penyakit bila kita mengonsumsi makanan tersebut secara berlebihan.

Ketahui apa saja dampak keseringan makan gorengan ketika berbuka puasa:

1. Mengganggu sistem pencernaan

Lemak pada gorengan disebut sulit dicerna oleh tubuh. Jika gorengan adalah makanan pertama yang dikonsumsi saat berbuka, kinerja saluran pencernaan akan terganggu.

Saluran pencernaan akan bekerja lebih keras untuk mencerna gorengan yang memiliki kandungan lemak. Di samping itu, tubuh akan lambat dalam memproses nutrisi dari makanan lain.

2. Kenaikan berat badan

Rupanya makanan manis bukan salah satu pemicu berat badan naik. Konsumsi gorengan terlalu banyak juga dapat menyebabkan kenaikan berat badan, karena lemak sulit dicerna dan akan tertimbun di dalam tubuh.

Para ahli menyebutkan, di dalam satu gram minyak goreng terdapat kandungan 10 gram kalori. Terbayang kan, apa jadinya jika kita mengonsumsi banyak gorengan? Dalam sebulan berat badan kita bisa bertambah walau berpuasa.

3. Memicu rasa gatal di tenggorokan

Terkadang gorengan yang dimakan akan memicu rasa gatal di tenggorokan lantaran adanya akrolein atau senyawa organik tak jenuh pada gorengan.

Senyawa akrolein akan terbentuk dari minyak goreng yang sudah dipakai berkali-kali untuk membuat gorengan.

Coba perhatikan, apakah penjual gorengan yang sering kita datangi rajin mengganti minyak goreng dengan yang baru atau terus-menerus memakai minyak goreng yang sudah menghitam warnanya?

4. Kenaikan asam lambung

Apabila saluran pencernaan kita tergolong sensitif, gorengan akan merangsang naiknya asam lambung dan menyebabkan heartburn, sensasi panas atau terbakar di sekitar perut bagian atas. Kandungan lemak pada gorengan juga mampu menyebabkan masalah sembelit.

Membuat gorengan di rumah

Sulit memang untuk berbuka puasa tanpa gorengan. Nah, solusi yang bisa diterapkan adalah membikin gorengan sendiri di rumah. Caranya tidak sulit, dan kebersihannya lebih terjamin.

1. Memilih minyak goreng yang lebih sehat

Pilih jenis minyak goreng yang lebih sehat dan tidak dipakai berulang kali. Sebagai contoh, kita dapat menggunakan olive oil untuk membikin gorengan atau menggunakan airfryer karena bisa "menggoreng" tanpa minyak.

2. Tidak menggoreng makanan terlalu lama

Semakin panas suhu yang digunakan, minyak goreng di wajan akan membentuk senyawa yang disebut akrilamida.

Sebuah penelitian mengungkapkan, senyawa akrilamida berkaitan dengan peningkatan faktor risiko penyakit jantung dan kanker.

Oleh karena itu, aturlah suhu minyak agar tidak terlalu panas. Begitu gorengan sudah berwarna cokelat keemasan, segera angkat dari wajan.

3. Hindari memakai ulang minyak goreng

Jangan menggunakan ulang minyak goreng, terlebih minyak yang sudah berubah warna menjadi cokelat gelap atau menghitam. Ganti minyak goreng setelah tiga kali dipakai atau ketika warnanya sudah agak gelap.

4. Mengeringkan gorengan

Setelah gorengan diangkat, keringkan gorengan tersebut dengan cara ditempelkan ke kertas atau tisu khusus untuk makanan. Hal ini bertujuan agar sisa minyak terserap dari gorengan dan tidak masuk ke dalam tubuh kita.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/04/15/134507720/batasi-berbuka-puasa-dengan-gorengan-lemaknya-tinggi

Terkini Lainnya

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com