Padahal, bulu binatang peliharaan lain juga bisa memicu alergi.
Sistem kekebalan tubuh kita selalu mencari benda asing yang dapat membuat kita sakit.
Ketika menemukannya benda asing tersebut antibodi akan melindungi kita.
Namun terkadang, sistem kekebalan tubuh membuat kesalahan, membuat antibodi tersebut melawan sesuatu yang tidak berbahaya, seperti binatang peliharaan kita.
Beberapa alergi binatang peliharaan yang umum terjadi antara lain:
Binatang peliharaan tidak memicu reaksi alergi, melainkan apa terperangkap di bulunya.
Air liur, keringat, kencing, dan sel kulit mati bisa memicu alergi.
Bulu binatang peliharaan juga dapat menjebak jamur, serbuk sari, dan alergen luar ruangan lain yang bisa memicu bersin dan mata berair.
Meskipun ukurannya kecil, bulu dan air liur pada binatang berbulu ini juga dapat memicu reaksi alergi.
Urine binatang pengerat seperti tikus dan hamster juga mengandung bahan kimia yang membuat beberapa orang alergi. Partikelnya bisa terbang ke udara saat binatang peliharaan bergerak di sekitar kandang atau tempat tidurnya.
Tungau yang hidup di bulu burung adalah alergen yang cukup umum.
Debu halus pada kotoran burung juga bisa memicu reaksi.
Ini mungkin bukan binatang peliharaan yang cukup umum. Alergi akibat kuda juga memang jarang terjadi, namun pada beberapa orang alergen pada bulu kuda dapat menyebabkan reaksi yang mengancam jiwa. Anak-anak adalah kelompok yang paling berisiko.
Banyak dari gejala di atas adalah tanda dari flu biasa. Namun, jika gejalanya bertahan lebih dari dua minggu, kemungkinan kita mengalami alergi dan perlu berkonsultasi dengan dokter.
Solusi alergi binatang peliharaan
Hal terbaik yang mungkin dapat dilakukan untuk tetap sehat adalah menghindari semua binatang berbulu.
Namun, jika itu tidak memungkinkan, kita bisa melakukan beberapa hal berikut:
https://lifestyle.kompas.com/read/2021/05/26/104403020/ketahui-tanda-kita-alergi-bulu-binatang-peliharaan-dan-solusinya