Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Seberapa Penting Praktik "Table Manner" bagi Pergaulan Sosial?

Dengan murah hati, juru masak profesional itu menjelaskan etika yang perlu diterapkan ketika kita mengikuti jamuan resmi.

Termasuk jenis sendok yang dipakai sesuai makanannya, panduan minum teh, memanggil waitress dengan sopan dan berbagai detail lainnya.

Uniknya, Chef Vindy Lee juga memberikan arahan untuk berbagai kebutuhan lainnya yang tergolong tidak 'lazim'.

Misalnya, table manner ketika makan jagung bakar, minum es yang diwadahi plastik sampai makan snack agar tidak mengotori kuku.

Dalam kamus chef yang besar di Singapura ini, segala sesuatunya perlu dilakukan dengan "anggun-ly".

Manfaat menerapkan table manner dalam pergaulan sosial

Bagi sebagian orang, table manner yang harus diterapkan saat jamuan makan mungkin dirasa merepotkan dan tidak bermanfaat.

Faktanya, tata krama yang diterapkan di meja makan berdampak besar pada status sosial kita di lingkungan.

Dalam level tertentu, etika yang buruk bisa menghancurkan kesepakatan bisnis atau kerjasama diplomatik.

“Kita hidup di dunia di mana orang selalu dibandingkan dan dihakimi,” kata trainer Protocol School of Washington asal Dubai, Ghassan Hajjaj.

Menurutnya, penting untuk berusaha memberikan kesan yang tepat pada orang lain di momen penting.

"Jadi, ketika kita mengetahui etiket makan yang benar, Anda dapat benar-benar fokus pada hal-hal yang jauh lebih penting seperti percakapan," tambahnya.

Jamuan makan formal seringkali tidak bertujuan untuk mengisi perut namun lebih pada manfaat berjejaring dan bertukar pengetahuan.

“Tetapi jika Anda duduk di sana dan berkata, 'Ya ampun, garpu mana yang saya gunakan sekarang?' atau 'Apakah saya akan memilih gelas yang tepat?' Anda tidak memiliki kemampuan untuk memperhatikan hal itu," kata Hajjaj.

“Keterampilan makan mengatakan banyak tentang seseorang,” kata Hajjaj.

Tidak memahami skill ini bisa sangat merugikan dibandingkan yang kita kira, terutama bagi orang-orang di posisi tinggi.

Table manner lebih dari sekadar menggunakan peralatan makan dan protokol meletakkan serbet yang benar.

Ada perilaku yang lebih halus, banyak di antaranya kembali berabad-abad dan berasal dari upacara aristokrat dalam budaya yang berbeda.

Dua gaya makan yang paling banyak diterima adalah kontinental dan Amerika, yang memiliki perbedaan cara memegang garpu dan pisau saat jamuan.

Namun ada beberapa prinsip yang berlaku sama untuk dua tipe etika ini.

“Tidak sopan meletakkan siku di atas meja saat makan,” kata Hajjaj.

“Hanya pergelangan tanganmu. Dan cara duduk yang tepat adalah tidak bersandar, tetapi duduk tegak di kursi bersandaran tinggi.”

Table manner ala Asia

Kita selama ini lebih mengenal table manner ala Amerika dan Eropa meskipun sebenarnya ada juga gaya makan Arab dan Asia Timur.

Dua gaya ini makan menggunakan tangan langsung dan sumpit, juga dengan aturan tersendiri.

“Saat makan dengan tangan Anda, makanan harus dipegang dengan ujung jari Anda dan sedikit didorong ke dalam mulut.”

Sementara itu, gaya Jepang melarang kita menancapkan sumpit dengan tegak ke dalam semangkuk nasi karena dikaitkan dengan kematian.

“Biasanya dupa diletakkan tegak seperti itu dalam upacara pemakaman,” kata Hajjaj.

Sebagai gantinya, gunakan hashioki, tempat sumpit disediakan atau diletakkan menyamping di atas mangkuk nasi.

Memahami gaya makan daerah tertentu membutuhkan waktu dan latihan, tetapi menunjukkan bahwa upaya telah dilakukan untuk memahami budaya lokal.

“Jadi yang ingin Anda lakukan adalah mewakili diri Anda dan masyarakat Anda dan pada saat yang sama menunjukkan bahwa Anda menerima budaya dan tradisi mereka.”

Ia menambahkan, table manner, apapun gayanya, memang tidak bisa dipelajari dengan mudah.

"Tetapi salah satu investasi terbaik untuk menjadi sukses adalah memiliki pelatihan table manner" tandasnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/05/10/132236520/seberapa-penting-praktik-table-manner-bagi-pergaulan-sosial

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke