Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tips Mengajarkan Anak Berempati dengan Saudaranya yang Autisme

PERTANYAAN:

Saya adalah ayah dua anak berusia 8 tahun dan 3 tahun. Anak pertama saya merupakan pengidap autisme dan sudah menjalani terapi sejak berusia 2.5 tahun. Kemajuannya cukup terlihat tapi terkadang dia susah mengendalikan dirinya dan terkadang berlari begitu saja keluar rumah. Ini membuat kami semua harus memberi perhatian berlebih.

Yang ingin saya tanyakan bagaimana cara menjelaskan kepada adiknya tentang kondisi kakaknya. Saya takut adiknya merasa kurang diperhatikan. Adiknya adalah anak yang cerdas, senang bercerita, tetapi kasihan dia sering harus mengalah dengan kakaknya yang suka sembarangan merebut mainan atau merusaknya. Mohon saran dari ibu atau bapak dokter dan psikolog.
Fajar, Jakarta

JAWABAN:
Halo Bapak Fajar, terima kasih atas pertanyaannya.
Memiliki saudara dengan gangguan tumbuh kembang, khususnya autistik, memang tak mudah bagi anak. Apalagi, jika ia menghayati bahwa orangtua memperlakukan dirinya secara berbeda dari kakak bahkan dituntut untuk selalu mengalah.

Di usia tiga tahun, anak sedang belajar memahami perbedaan miliknya versus orang lain, memahami perlakuan orang lain atas dirinya, belajar mengekspresikan berbagai emosi, dan bermain interaktif dengan anak lain.

Menuntut anak untuk selalu mengalah pada kakak dan membiarkan kakak merebut mainan
bukanlah penanganan yang tepat. Apalagi mengingat anak dengan autisme sesungguhnya tidak terlalu memahami saat mereka sedang diutamakan.

Penting untuk menunjukkan pada anak bahwa aksi kakak, saat merebut atau merusak, bukanlah aksi yang tepat dan memeroleh konsekuensi berupa teguran atau larangan dari orang tua, meski kakak belum tentu memahami bahwa teguran tersebut ditujukan untuk dirinya.

Lebih penting, orang tua meluangkan waktu untuk bermain bersama anak dalam momen one-on-one. Maklum, di usia tiga tahun anak mulai beranjak dari ‘parallel play,’ kegiatan bermain
berdekatan dengan anak lain meski tetap bermain sendiri-sendiri, menuju ‘interactive play’ kegiatan bermain bersama anak lain. Anak bisa saja sangat frustasi setiap menghadapi kenyataan bahwa kakak menolak diajak main bersama terkait gejala autistiknya.

Orangtua dapat membantu anak mengelola berbagai emosi negatif tentang kakak, dengan cara mengenalkan ‘emotion words.’ Misal: dengan mengenalkan emosi marah, sedih, dan kecewa dengan menggunakan kata. Sehingga anak terlatih mengenali berbagai emosi dan membicarakannya sebagai upaya mengelola dan memahami emosi yang mereka rasakan.

Kelak saat anak mulai bertanya tentang perbedaan perilaku kakaknya dari kebanyakan anak seusia lainnya, orangtua sudah dapat menceritakan tentang autisme pada anak dalam bahasa yang dipahami. Bisa pula dalam bentuk tontonan di film atau kisah di buku cerita.

Umumnya anak sudah lebih paham tentang saudaranya, yang lahir dengan gangguan tumbuh kembang, saat duduk di bangku sekolah dasar. Apabila diperlukan, libatkan anak ketika orang tua melakukan pemeriksaan dan evaluasi atas status tumbuh kembang kakaknya agar anak memiliki empati dan pemahaman yang lebih baik tentang kakaknya.

Semoga jawaban saya membantu ya, Pak Fajar. Salam hangat untuk keluarga Pak Fajar.

Narasumber: Roslina Verauli, M.Psi, Psi
Psikolog dari RS Pondok Indah – Pondok Indah Jakarta

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/06/10/081628320/tips-mengajarkan-anak-berempati-dengan-saudaranya-yang-autisme

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke