Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alasan Pola Makan Vegan Tidak Boleh Diterapkan pada Bayi

Wanita bernama Sheila O'Leary (39) itu kini harus mendekam di penjara karena terbukti lalai dan mengakibatkan kematian pada sang anak.

Sheila diketahui memberikan makanan vegan berupa sayur dan buah-buahan pada Ezra hingga berat badannya hanya sekitar 7,7 kg atau berada di bawah standar bayi lainnya.

Hal itu pun membuat Ezra malnutrisi dan dehidrasi lalu akhirnya meninggal dunia dalam tidurnya.

Tidak memiliki nutrisi yang cukup

Secara umum, pola makan vegetarian sebenarnya bisa menyehatkan bagi anak-anak asalkan kebutuhan nutrisinya terpenuhi.

Namun, seorang dokter anak di Palo Alto Medical Foundation, Dr Manisha Panchal, MD, mengungkapkan bahwa menerapkan pola makan vegan untuk anak kecil atau bayi akan menjadi lebih rumit dan berisiko tinggi.

Sebab, pola makan vegan tidak menggunakan produk hewani apa pun, termasuk telur atau susu. 

Hal ini menimbulkan beberapa risiko bagi bayi karena tingkat pertumbuhannya yang sangat cepat.

"Bayi dan anak kecil hanya membutuhkan lebih banyak protein, kalsium dan vitamin D, serta B12 daripada orang dewasa," kata Dr Panchal.

"Nutrisi ini berlimpah dalam susu dan produk susu, yang tidak diperbolehkan oleh pola makan vegan," sambungnya.

Untuk sebagian besar tahun pertama, orangtua dapat memastikan pola makan vegan yang sehat untuk bayi yang baru lahir adalah dengan menyusui atau menawarkan susu formula berbasis kedelai yang disetujui oleh dokter anak.

Kadang-kadang, vitamin B12, vitamin D, dan suplemen zat besi diberikan selama tahun pertama anak, tetapi pastikan untuk bertanya kepada dokter untuk mengetahuinya lebih detail.

Setelah bayi berusia satu tahun, lebih sulit untuk mempertahankan nutrisi yang tepat dengan pola makan vegan.

"Bayi dan balita membutuhkan diet tinggi lemak, protein, serta rendah serat, kebalikan dari banyak diet vegan," terang Dr. Panchal.

"Maka dari itu, kita perlu memastikan bayi kita mendapatkan makanan seperti lentil, tahu, alpukat, yogurt, kedelai, kacang-kacangan, dan makanan lainnya," jelas dia.

Dampak buruk terlalu banyak serat pada bayi

Menurut Healthline, pola makan vegan sebenarnya dapat memberikan terlalu banyak serat untuk saluran pencernaan bayi yang kecil.

Hal ini tidak hanya dapat menyebabkan gas, diare, dan kerewelan ekstra, tetapi juga dapat memiliki konsekuensi lainnya.

"Terlalu banyak serat dapat menyebabkan penyerapan nutrisi penting yang buruk seperti zat besi, seng, dan kalsium," kata ahli gizi anak, Dr Amy Chow, RD.

Jadi apa yang harus dilakukan orangtua vegan saat memperkenalkan makanan kaya serat seperti biji-bijian, kedelai, sayuran, dan kacang-kacangan pada anaknya?

Coba beberapa strategi berikut:

• meningkatkan serat secara bertahap dalam makanan bayi.

• menawarkan banyak cairan sambil meningkatkan serat.

• rendam dan tiriskan biji-bijian dan kacang-kacangan untuk meningkatkan daya cerna, serta mengurangi pengikatan nutrisi.

Jika setelah berkonsultasi dengan dokter dan kita tetap ingin memberikan bayi makanan bebas hewani, maka disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli gizi anak.

Karena berkonsultasi dengan ahli gizi anak dapat membantu kita membuat rencana untuk pendekatan yang sehat terhadap veganisme sejak bayi tanpa konsekuensi kesehatan yang berbahaya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/07/03/151009620/alasan-pola-makan-vegan-tidak-boleh-diterapkan-pada-bayi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com