Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Lagi, Siswa SD Tewas akibat Bullying, Ini Cara Ajari Anak Hadapi Intimidasi

Kali ini kisah pilu dialami oleh F, siswa SD asal Kecamatan Singaparna, Kecamatan Tasikmalaya, Jawa Barat.

Ia kehilangan nyawa usai di-bully teman-temannya dengan cara dipaksa bersetubuh dengan kucing sembari direkam.

Video korban lantas disebar sehingga ia tidak mau makan dan depresi hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit.

Malang, F akhirnya meninggal dunia pada Minggu (17/7/2022) usai menutup-nutupi depresinya dengan mengaku sakit tenggorokan ke orangtuanya.

Cara ajari anak hadapi bullying

Kasus bullying yang menimpa F kembali mengingatkan kita akan pentingnya lingkungan anak yang inklusif.

Selain itu, orangtua juga diwanti-wanti untuk mengajari anaknya menghadapi intimidasi yang datang dari orang di sekitarnya. 

Tujuannya agar anak tidak menjadi korban bullying yang mengancam masa kecil maupun nyawanya.

Tapi, gimana caranya supaya anak berani menghadapi bullying dari teman-temannya sendiri?

1. Abaikan pelaku bullying

Salah satu cara yang boleh diajarkan orangtua kepada anak adalah mengabaikan bullying yang diarahkan oleh pelaku.

Pasalnya pelaku intimidasi sengaja memancing respons korbannya, seperti marah, malu, atau menangis.

Seperti dijelaskan terapis pernikahan dan keluarga asal Washington D.C, Karen Gail Lewis, EdD, MFT, MSW.

"Tak bereaksi saat pelaku mengatakan atau melakukan sesuatu yang menyakitkan seringkali menjadi respons paling efektif terhadap bullying," kata Lewis.

Dengan mengabaikan perundungan tersebut, anak setidaknya menggagalkan tujuan pelaku dan lama-kelamaan kehilangan minat.

Maka dari itu, menyuruh pelakunya untuk berhenti dengan suara yang tegas dan percaya diri bisa menjadi salah satu solusi.

Namun, Lewis mengingatkan cara tersebut agar dilakukan secara berhati-hati.

Pasalnya berbicara dengan pelaku bullying terkadang malah memperburuk situasi.

Maka dari itu anak harus mencoba merespons dengan cara yang tidak meningkatkan pertemuan mereka dengan pelaku perundungan.

Jika cara tersebut belum berhasil, anak disarankan berbicara kepada orang lain yang melihatnya ketika di-bully.

Orang tersebut dapat diajak untuk menghentikan intimidasi tersebut supaya tidak terjadi kembali.

3. Membuat lelucon

Terapis pernikahan dan keluarga, Michael Whitehead, PhD, LMFT, mengutarakan bahwa lelucon menjadi salah satu cara menghadapi bullying.

Ia mengatakan, beberapa anak punya sifat yang lucu dan mudah tertawa sehingga mereka bisa saja bercanda dengan pelaku bullying.

Dengan begitu mereka menunjukkan rasa percaya diri tentang dirinya yang sebenarnya.

Tertawa juga melemahkan kekuatan yang menurut pelaku miliki terhadap korban dan metode intimidasinya menjadi tidak efektif.

Tempat yang dimaksud biasanya meliputi sudut taman bermain, lorong sepi, kamar mandi, ruang ganti, atau bagian belakang bus.

Anak dapat diajari untuk mencari rute lain yang jauh dari tempat rawan perundungan.

Pastikan juga bahwa anak mengetahui di mana saja tempat tersebut berada.

Dalam hal ini, Whitehead turut mengingatkan anak supaya tidak mendekati teman yang pernah menjadi pelaku bullying.

Karena mendekati mereka sama saja menjadikan anak sebagai target intimidasi di kemudian hari.

5. Mencari teman

Pelaku bullying biasanya mencari korban yang suka menyendiri atau terisolasi secara sosial.

Maka dari itu, mintalah si buah hati untuk bergaul dan memiliki teman untuk menghindari bullying.

Apabila anak kesulitan bergaul, orangtua dapat membantunya dengan memberi tahu cara membangun persahabatan.

Dalam hal ini, punya persahabatan yang sehat dapat membantu melindungi anak dari pelaku bullying.

6. Tahu cara melawan

Orangtua dapat berbicara dengan anaknya tentang cara membela diri, terutama jika bullying dilakukan secara fisik.

Anak perlu diajarkan cara mengawasi pintu keluar, membuat suara yang menarik perhatian, dan mengetahui cara menangkis serangan fisik.

"Satu hal yang perlu diingat dengan melawan secara fisik adalah terkadang berhasil meredakan situasi, kadang malah memperburuknya."

Idealnya anak memang perlu keluar dari situasi bullying dengan perkataannya sendiri atau mendapat bantuan dari orang yang lebih dewasa agar terhindar dari risiko terluka.

Selain itu, anak tidak harus melawan pelaku untuk membela diri.

Yang terpenting adalah mereka paham caranya meredakan situasi dan menyelamatkan diri.

7. Melapor kepada orang dewasa

Anak sebaiknya dididik untuk berani melaporkan bullying yang dialaminya kepada orang dewasa.

Pasalnya tanpa campur tangan orang dewasa, perundungan sering kali berlanjut atau malah meningkat.

"Pada akhirnya, pastikan anak tahu bahwa cara terbaik mencegah atau menghentikan bullying adalah dengan segera melaporkannya," tutur Lewis.

Di sisi lain, ia meminta orangtua terlibat aktif untuk mendukung anak dengan menghentikan pelaku intimidasi dan berurusan dengan pelaku perundungan tersebut.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/07/21/121000820/lagi-siswa-sd-tewas-akibat-bullying-ini-cara-ajari-anak-hadapi-intimidasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke