Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Chrissy Teigen Mengaku Terpaksa Aborsi demi Nyawanya, seperti Apa?

Keputusan sulit itu harus dibuatnya karena janin yang seharusnya menjadi anak ketiganya itu diperkirakan tidak akan berkembang sehingga berisiko pada kesehatan supermodel tersebut.

"Saya harus membuat banyak keputusan yang sulit dan memilukan. Menjadi sangat jelas di tengah jalan bahwa dia tidak akan selamat, dan saya juga tidak akan bertahan tanpa intervensi medis," kata istri John Legend ini.

“Sebut saja apa adanya: Itu adalah aborsi,” tandasnya. 

“Aborsi untuk menyelamatkan hidup saya untuk bayi yang sama sekali tidak memiliki kesempatan. Dan sejujurnya, saya tidak pernah memahaminya sampai, sebenarnya, beberapa bulan yang lalu," kata bintang Sport Illustrated ini.

Pernyataan ini sekaligus meralat pengakuan sebelumnya yang menyatakan telah mengalami keguguran sehingga kehilangan anak ketiganya itu.

"Saya mengatakan kepada Anda semua bahwa kami mengalami keguguran karena saya pikir itulah yang terjadi," jelasnya.

"Tapi itu adalah aborsi, dan kami patah hati dan bersyukur sekaligus," tambah Chrissy.

Meski demikian, ia tidak mengungkapkan kondisi medis seperti apa yang membuatnya harus menggugurkan kandungan.

Aborsi kadang kala harus dilakukan demi alasan kesehatan

Chrissy Teigen mengaku sempat sulit menerima kenyataan jika harus melakukan aborsi dengan kesehatan.

Faktanya, tindakan pengguguran kandungan itu memang diperlukan dalam kondisi tertentu, yang tergolong darurat.

Aturan hukumnya tentunya berbeda, baik di Indonesia maupun Amerika Serikat namun kebutuhan itu harus disadari oleh para ibu hamil.

"Saya pikir yang disayangkan adalah orang tidak memahami kebutuhan medis sampai situasi mereka, dan saat itulah tiba-tiba menjadi sangat jelas dan jelas bahwa keputusan medis harus dibuat antara pasien dan dokter mereka," Cindy Duke, MD, PhD,.

Ia adalah pakar kandungan dan kebidanan sekaligus ahli virus dari Institut Kesuburan Nevada.

Salah satu alasan umum yang sering menjadi pemicunya adalah efek kehamilan pada jantung, khususnya ketegangan luar biasa yang dapat ditimbulkannya dengan mengganggu aliran darah dan meningkatkan risiko pembekuan darah akibat peningkatan hormon.

"Beberapa orang secara medis dalam kondisi di mana itu akan menjadi terlalu berat untuk sistem mereka dan jadi itu mengakhiri kehamilan atau pada dasarnya menandatangani surat kematian pribadi," kata Dr. Duke.

Kondisi ini hanya terjadi pada 1-2 persen kehamilan namun menjadi penyebab 2,7 persen dari kematian terkait kehamilan.

Janin tidak dapat bertahan dari kehamilan ektopik, yang jika dibiarkan terlalu lama, dapat berbahaya atau fatal bagi ibu hamil.

Menurut Kaiser Family Foundation, kondisi lain yang mengancam jiwa bagi orang hamil termasuk preeklamsia berat, kanker yang baru didiagnosis yang memerlukan perawatan segera, dan infeksi intrauterin yang dikenal sebagai korioamnionitis setelah ketuban pecah dini.

Masalah seperti solusio plasenta, di mana plasenta terpisah dari lapisan rahim, juga dapat dianggap sebagai keadaan darurat medis dalam beberapa kasus perdarahan yang luas.

Tentunya, keputusan aborsi harus didasarkan pada hasil pemeriksaan menyeluruh yang dilakukan oleh dokter, baik kepada janin yang dikandung maupun kondisi ibu hamil.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/09/17/123836420/chrissy-teigen-mengaku-terpaksa-aborsi-demi-nyawanya-seperti-apa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke