Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Love Language yang Sama Bikin Hubungan Bahagia, Benarkah?

KOMPAS.com - Setiap orang memiliki love language yang berbeda.

Namun apakah penting jika kita memiliki kesamaan love language dengan pasangan?

Love language atau bahasa cinta merupakan suatu cara untuk mengekspresikan cinta dan kasih sayang kepada pasangan.

Cara tersebut kerap dijadikan simbol atau ungkapan agar kita atau pasangan merasa saling dihargai dan dikasihi.

Saat ini, setidaknya ada lima preferensi love language yang dikenal luas berdasarkan buku terlaris "The 5 Love Language" yang digagas Gary Chapman, seorang konselor dan pakar hubungan asal Amerika Serikat.

Buku tersebut mengulas lima preferensi bahasa cinta secara umum yang menjadi parameter kebahagiaan berdasarkan pengalamannya dalam meniti karier sebagai konselor hubungan.

Lima love language itu mencakup quality time, physical touch, words of affirmation, acts of service dan receiving gifts.

Menurut Chapman, ketika kita dan pasangan memiliki bahasa cinta yang sama, maka keduanya akan lebih merasa bahagia dan dapat mencapai kepuasan dalam hubungan.

Lantas, apakah preferensi itu merupakan tolak ukur kebahagiaan yang pasti?

Coba simak ulasan berikut ini.

Melansir Psychology Today, dalam sebuah studi baru para peneliti telah menguji kesamaan love language pada banyak pasangan untuk mengukur tingkat kepuasan mereka dalam hubungan percintaan.

Pada studi tersebut peneliti mengumpulkan data dengan melibatkan 100 pasangan heteroseksual yang aktif secara seksual.

Setiap pasangan diminta menunjukkan bahasa cinta mereka, serta bagaimana mereka mengungkapkan cinta kepada pasangannya masing-masing.

Di samping itu, peneliti juga menentukan tingkat kecocokan bahasa cinta dengan pasangannya.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ditemukan fakta jika dalam sebuah hubungan masing-masing pasangan memiliki bahasa cinta yang sama, maka mereka dapat dikategorikan sebagai pasangan yang serasi.

Namun jika ada perbedaan di antaranya, maka pasangan itu dapat disebut "kurang serasi".

Menurut para peneliti, kecocokan antara love language dengan pasangan itu merupakan satu hal penting dalam sebuah hubungan asmara.

Pasalnya, pasangan yang memiliki kecocokan love language melaporkan memiliki kepuasan seksual yang lebih tinggi.

Mereka juga menikmati kebersamaan dengan pasangan, tidak mudah bosan dan lain sebagainya.

Sementara itu, pasangan yang memiliki love language yang sama juga dinilai dapat memenuhi harapan masing-masing individu dalam sebuah hubungan yang sudah terjalin.

Dari kelima love language yang ada, para peneliti juga menemukan urutan bahasa cinta yang paling membuat pasangan bahagia.

Urutan tertinggi ada pada love language quality time, kemudian physical touch, acts of service, words of affirmation dan terakhir receiving gifts.

Meski data tersebut menunjukkan bahwa kesamaan love language dapat menjadi tolak ukur kebahagiaan, namun itu bukan suatu ukuran pasti.

Para peneliti menyebutkan, pasangan yang tidak memiliki kesamaan love language juga dapat menikmati kepuasan dan kebahagiaan dalam hubungan.

Terlebih jika seorang pria atau pasangannya yang memiliki empati tinggi dan punya kemampuan dalam mengambil perspektif untuk menyelaraskan bahasa cinta pasangannya.

Ini merupakan faktor penting dalam meningkatkan kebahagiaan dalam sebuah hubungan.

Meskipun bahasa cintanya berbeda, jika memiliki empati dan rasa saling menghargai satu sama lain, maka seiring waktu mereka juga dapat menjadi pasangan yang serasi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahasa cinta sebenarnya menawarkan cara berbeda dalam memandang sebuah hubungan.

Saling memahami dan menghargai perbedaan bahasa cinta dapat menguntungkan kedua belah pihak dan menentukan tingkat kebahagiaan dan kepuasan dalam hubungan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/10/07/161939120/love-language-yang-sama-bikin-hubungan-bahagia-benarkah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com